Dalam hal ini bangunan tersebut diberi nama "Candi Bahal" karena letaknya di Desa Bahal. Selain itu, vihara ini mempunyai julukan lain: Candi/Bialo Portibi. Nama tersebut juga berasal dari tempat dimana candi ini berada, yaitu kawasan Portibi. Sekadar informasi: Portibi berarti "dunia" atau "bumi" dalam bahasa Batak.
 Kata tersebut sinonim dengan kata Sansekerta pertiwi yang berarti "dewi bumi". Peninggalan Kerajaan Sriwijaya  Abad ke-11 Candi Bahar yang disebutkan di awal merupakan  peninggalan agama Budha.
Pada tahun 2020, dalam penataan ruang candi Bahar I, II, dan III di Padang Lawas Utara, Sumatera Utara, menyatakan bahwa candi Bahar merupakan kompleks candi yang berasal dari masyarakat purba yang tergabung dalam aliran Budha Vajrayana.
Bangunan bersejarah ini diyakini berasal dari abad ke-11 Masehi.
Menurut "Sumber Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan" karya Husnul Kofifa Harahap, Bialo Bahar dibangun oleh raja-raja Hindu Shifa dan raja-raja Tamil yang pernah tinggal di selatan India berkuasa. Â Namun yang menarik dari candi ini adalah reruntuhannya yang menjadi saksi kekuasaan kerajaan Sriwijaya di Sumatera Utara.
Lebih spesifiknya, Candi Bahar dikaitkan dengan Kerajaan Pannai, sebuah kerajaan di pesisir timur Sumatera Utara. Berdasarkan Sriwijaya: Indonesia's Maritime Kingdoms (2023) karya Ahmad Sadad, Kerajaan Pannai  berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya dan akhirnya menjadi salah satu wilayah kekuasaannya.
Selain itu, vihara juga dianggap sebagai penanda kekuasaan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Utara melalui penataan ruangnya.
 Di tahun yang sama 2020, menyebutkan salah satu ciri Candi Sriwijaya adalah letaknya yang  dekat dengan sungai. Situs Candi Bahal sendiri terletak di dekat aliran Sungai Batang Pein yang bermuara ke Sungai Barumun.
Dengan semua keunikan dan keautentikan yang tertanam dalam candi Bahal, kita bisa mengambil banyak sisi edukatif mulai dari sejarah, arkeologis, sistem pemerintahan pada zaman dahulu dan lainnya. Pastinya dibarengi dengan riset berkepanjangan untuk mengungkapkan isi mutiara-mutiara historis pada candi Bahal ini.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H