Sejauh ini, beras Merauke dinilai belum mampu bersaing dengan beras dari Pulau Jawa dari sisi kualitas. Kualitas beras turut dipengaruhi oleh pola tanam padi tanam benih langsung (Tabela).Â
Petani Merauke melakukan pola tanam Tabela karena rata-rata petani memiliki sawah seluas 2-5 hektar. Demi untuk mengemat biaya taman, Tabela menjadi pilihan utama karena akan lebih murah dari sisi biaya tanam dan lebih cepat proses pengerjaannya. Namun, pola tanam ini membuat biji beras menjadi kecil karena jarak tanam padi sangat rapat.Â
Persentase beras patah dan menir tinggi terutama hasil panen di musim rendeng (musim hujan) karena gabah yang digiling kurang kering.Â
Fasilitas pengeringan gabah masih sedikit umumnya petani mengeringkan padinya di pekarangan dan memanfaatkan ruang-ruang kosong yang ada di desa seperti halaman rumah, tepi jalan bahkan halaman mesjid.Â
Gabah yang digiling dalam kondisi kurang kering membuat persentase beras patah (beras broken) dan menir tinggi. Kadar soso (kadar keputihan biji beras) tidak bisa mencapai 95 persen di saat musim rendeng. Â