Bagaimana cara yang efisien dalam mengumpulkan barang yang sifatnya tersebar (berserak) adalah pertanyaan yang ingin dijawab artikel ini.
Jika barang yang hendak kita kumpulkan di area 100 meter persegi, hal itu masih dalam jangkauan kaki. Namun, jika area itu luasnya satu afdeling kita dituntut membuat sebuah manajemen pengumpulan (collection management).
Ups. Tunggu dulu! Afdeling versi mana neh? Afdeling yang dipakai kolonial Belanda untuk menata wilayah koloni-nya atau afdeling yang biasa kita kenal di dunia perkebunan (plantation)?
Sama saja, intinya, jika sebuah area sudah begitu luas dibutuhkan sistem atau tata kelolanya.
Mengapa ini penting? Karena manajemen pengumpulan (collection management) berhubungan dengan waktu dan biaya.
Perusahaan angkutan orang seperti Gojek dan Grab berikut layanan lain yang terafiliasi dengan dua perusahaan di atas menciptakan aplikasi agar dapat "memungut" (baca; merespon) pelanggan yang karakteristiknya tersebar.Â
Aplikasi atau sistem yang mereka kembangkan membuat waktu dan biaya menjadi lebih murah karena pengemudi mereka yang terdekat dapat mengambil penumpang terdekat.
Jadi, penyedia layanan transportasi tidak perlu mengirim armada dan pengemudinya dari pangkalan yang bisa sangat jauh sehingga biaya yang ditanggung penumpang menjadi lebih mahal serta lebih lama pula.
Di industri transportasi yang lebih konvensional, kebutuhan untuk ini disiasati dengan membuat loket, agen atau pool. Sistem ini kurang lebih sama dengan TPS (tempat pemungutan suara), di mana pemilih yang berada di suatu area yang berdekatan dimobilisasi ke suatu titik agar suara mereka lebih mudah dikumpukan dengan cepat dan serta biaya murah.
Dalam hal ini TPS menggunakan pendekatan teritorial. Dimulai dari RT (rukun tetangga)--satuan terkecil sistem pemukiman di Indonesia, kemudian berjenjang ke atas; RW, dusun, desa/kelurahan, kecamatan, dan seterusnya.