Satu kemasan produk air minumum saja memiliki hingga 4 komponen yang berbeda dengaan jenis plastik tidak seragam. Hal semacam ini kita mudah temukan dalam eneka kemasan produk yang membuat penanganannya menjadi sulit.
Komunitas 3R, alih-alih tumbuh, membesar serta mandiri, saya khawatir, demi tujuan ekonomi praktis, bisa terjebak dalam lingkaran jual beli sampah; dari pemulung ke pelapak; atau dari nasabah ke bank sampah.Â
Melalui rantai yang sangat panjang, barulah sampah yang akan didaur-ulang itu sampai ke industri pengolahan yang industrinya masih berpusat di Pulau Jawa.Â
Hal ini juga membuat sampah yang menyebar menjadi tidak ekonomis jika dikirimkan ke industri daur ulang yang berpusat di Pulau Jawa.
Botol jamu, energy drink, hingga bir dan minuman bersoda yang menggunkan kemasan beling/kaca tidak akan ekonomis lagi jika dikirimkan dari luar Pulau Jawa menggunakan kargo ke industri daur ulang yang berpusat di Pulau Jawa.Â
Jika virgin plastik seharga 1 hingga 1.5 dollar per kilonya, berapa harga beli indutri daur ulang untuk bahan plastik recycle agar sampah sampah tersebut masih ekonomis bagi pelaku usaha?
Sepertinya kita belum bergerak jauh hingga 10 tahun yang akan datang jika paradigma ekonomi sirkular tidak diadaptasi dalam cara kita berproduksi dan mengkonsumsi barang.Â
Regulasi persampahan yang ada memang menyebutkan bahwa sampah didayagunakan untuk sumberdaya (resourches) namun gap antara regulasi dengan implementasinya masih jauh dan pihak produsen belum memiliki sentitifitas lingkungan atas produk mereka, tanggungjawab mereka masih berhenti sampai di titik penjualan***)
Bacaan:
- The Sircularity GAP Report 2020, diterbitkan oleh Cycle Economy. Dapat diakses di sini.Â
- The Concept of Circular Economy: it Origins and its Evolution, Thilbaut Wauttelet, working paper, 2018. Dapat diakses di sini.Â
- Braungart, M., McDonough, W., and Bollinger, A. 2006. Cradle-to-cradle design: Creating healthy emissions -- a strategy for eco-effective product and system design.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H