Aliran material dan energi (disebut metabolisme industri) perlu diatur dan bagaimana ia berinteraksi dengan biosfer. menangani masalah pencemaran dan lingkungan dengan melihat aliran energi dan material dari satu produk dan satu perusahaan.
Jaringan sumber daya dan limbah yang cerdas di mana residu dari satu perusahaan dapat menjadi input dari proses industri lain, sehingga mengurangi penggunaan bahan baku, limbah. dan polusi.
Hambatanya, pendekatan ini belum berjalan ideal. Sinergi antar-perusahaan tidak tercipta secara alami. Oleh karena itu, intervensi regulator dalam hal ini pemerintah diperlukan untuk memfasilitasi implementasi sinergitas antar industri tersebut.
Dalam laporan Circularity Gap 2020 yang dirilis baru-baru ini menyebutkan bahwa ekonomi global hanya 8,6 persen sirkuler turun dari posisi 9,1 persen  dari tahun 2018.
Isi laporan Circularity Gap 2020 antara lain menyebutkan:
Tren negatif secara keseluruhan dapat dijelaskan oleh 3 hal yang mendasarinya: tingkat ekstraksi yang tinggi; penumpukan stok yang sedang berlangsung; serta tingkat pemrosesan dan siklus akhir penggunaan yang rendah. Tren ini tertanam jauh di dalam tradisi "ambil-buat-buang" dari ekonomi linier - masalahnya sudah tertanam. Dengan demikian, prospek untuk menutup kesenjangan sirkularitas tampak suram di bawah tangan buntu bisnis biasa.
Mahzab biological cycle ingin mendesain ulang barang material yang kita gunakan melampaui konsep eko-efisiensi. Pengertian sampah dihapuskan dan fokusnya bergeser dari pengurangan kuantitas untuk dampak negatif ke peningkatan kualitas untuk dampak positif. Sabun misalnya, kalau kita pakai akan memcemari air.Â
Aliran tersebut berpikir untuk mencipta ulang produk. Sabun misalnya, bagaimana membuat sabun yang tidak memiliki emisi negatif bagi air---sabun dengan emisi yang positif (tidak justru mencemari) air.Â
Di mana kita sekarang?
Kita berada dalam jaringan konsumsi yang tanggung jawab barang dari pihak produsesn masih berhenti di titik penjualan.Â
Realistisnya kita bisa bergerak ke technical cycle, yakni mengendalikan aliran energi (material yang terbuang) untuk memperpanjang usia produk. Dengan demikian dapat menghemat penggunaan sumberdaya alam.
Masalahnya, memanen sinar matahari, angin, ombak, panas bumi, dan lain sebagainya untuk energi terbarukan masih mahal.