Nande-nande di Karo yang sedang berjualan di pasar, Â kalau mereka ingin menyirih, mereka memilih mengelompok. Kurang gambir bisa minta sedikit sama teman, sebalinya bisa kasih kapur ke yang lain yang kekukurangan kapur sirih. Asyik lihatnya.
Di pasar-pasar tradisional yang ada di Papua Barat, cukup mudah menemukan penjul sirih pinang, hampir di setiap gang yang memisahkan lapak-lapak para pedagang itu ada penjual sirih pinang.
Selain yang dijajakan dalam bentuk yang sudah ditumpuk, pinang muda dalam mayangnya juga banyak yang jual.Â
Konsumsi pinang yang tinggi di Papua membuat pinang dari daerah lain masuk, umumnya pinang yang sudah diiris-iris, dikeringkan, sehinga tampak seperti uang koin.
Orang Papua menanam pinang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, jika kurang bisa beli di pasar. Pinang itu, seperti disebut di atas, masuk dari daerah lain karena konsumsi pinang di Papua cukup tinggi.
Sirusu, balai pertemuan
Sirusu adalah tempat menyelenggarakan rapat urusan desa dan urusan adat. Kurang lebih sama dengan bangunan pemerintah yang disebut balai desa. Bedanya dengan balai desa mungkin pada falsafah kontruksi bangunan.Â
Umumnya balai desa adalah arsitektur yang agak 'sekuler', sementara Sirusu dibangun dengan cara berbeda, penempatan ruang dan kontruksinya berakar pada adat setempat.
Kita lanjut dulu ke sirih pinang ya!