Ia menjual sepeda jika ada orang membutuhkannya saat itu, Ibu Mia membeli sepeda dari toko lalu mengantar sepeda ke rumah pembeli dengan metode COD (cash on delivery).
Metode transaksi COD relevan saat pandemi karena kontak fisik tidak terjadi atau hanya terbatas dibandingkan orang pergi ke toko, swalayan, pasar untuk berbelanja membuat orang rentan terinveksi virus corona
Karena pembeli sepeda tidak ada setiap hari, maka dilain hari Ibu Mia menjual ikan teri yang sudah dibungkus dalam bentuk paket. Membungksunya dalam paket setengah kilo atau paket sekilo lalu mengantarkannya ke rumah 20 orang yang memesannya. Pembayaran dilakukan dengan metode yang sama---barang sampai di rumah lalu dibayar di tempat atau cash on delivery (COD).
Di lain hari, ia menjual susu kambing dan dikirim ke orang di luar kota namun sudah ada jaminan uangnya ditransfer setelah slip pengiriman dikirimkan lewat WhatsApp.Â
Di lain hari, ia mengirim bibit bunga matahari ke luar daerah untuk memenuhi permintaan orang yang selama pandemi Covid-19 banyak beraktivitas di rumah dan pekarangan.Â
Seperti kita tahu, belakangan ini menguat urban farming. Urban farming adalah bercocok tanam di lingkungan perkotaan memanfaatkan lahan pekarangan terbatas baik menggunakan media tanah terutama dengan cara hidroponik untuk mensiasati lahan yang terbatas. Bentuk pertanian ini biasanya vertikal (disusun ke atas) karena ruang ke samping-kiri-kanan-muka belakang terbata namun ke atas "tidak terbatas" .
Urban farming juga dapat dilihat sebagai strategi adaptasi warga perkotaan dalam menyiasati hidup selama pandemi Covid-19 guna memenuhi kebutuhan pangan keluarga.Â
Kurun waktu 3-4 bulan ini, Ibu Mia telah melakoni 20 jenis usaha berbeda yang satu dengan lainnya tumpang tindih pada waktu yang sama atau satu usaha di hari yang sama.Â
Hal ini membuat sumber pendapatan terus mengalir dari hari ke hari karena diversitas jenis usaha yang dia lakoni. Usahanya tidak macet karena elastis. Ia hanya merespon kebutuhan pasar yang sedang terbuka---kebutuhan pasar yang real time.
Media sosial seperti Facebook, WA, Youtube dan jenis lain, memiliki peran penting dalam pekerjaan multiplicity. Media sosil itu berfungsi sebagai infrastruktur (alat kerja) namun juga sebagai tempat berbelanja informasi yang berguna bagi Ibu Mia untuk membaca apa yang dibutuhkan pasar saat ini.
Apakah multiplicity sama dengan kerja serabutan?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya ingin memasukkan beberapa istilah yang mirip atau berdektan yakni, freelence dan voluntary.Â
Freelance adalah adalah seseorang yang bekerja sendiri, tidak terikat jam kerja, dan biasanya memiliki keahlian tertentu seperti penulis artikel, design grafis, dan pekerjaan sejenis lainnya.Â