Salah satu dari jenis (lamtoro atau gamal) ditempatkan di dalam lahan sebagai tanaman pelindung bagi kakao. Seperti sudah disebutkan sebelumnya tujuan penanaman rumput gajah, lamtoro, dan gamal adalah untuk sumber pakan bagi ternak kambing dan sapi yang dipelihara oleh petani secara terpisah.
Bagaimana dengan kelapa? Penambahan pohon kelapa dalam bentuk ke-4 ini semata-mata agar petani tidak membeli kelapa (pemenuhan livelihood). Dari observasi lapangan, kelapa tidak berbuah optimun dan pohon kakao yang ada di bawah atau sekitarnya buahnya lebih sedikit dibandingkan dengan pohon kakao yang berjauhan dalam unit lahan yang sama.
Keputusan petani untuk menambahkan kelapa dalam sistem ini dilandasi pemikiran bahwa walau produktivitas kakao disekitarnya berkurang namun itu bisa digantikan oleh hasil dari kelapa.
Hal yang merupakan pembeda dari sistem ini ada dua. Pertama, pohon kelapa tidak serasi dengan kakao---berdasarkan observasi lapangan dan keterangan petani. Jatuhnya pelepah kelapa juga dapat mematahkan dahan atau ranting pohon kakao kendati hal itu tidak menimbulkan kerugian yang lebih fatal (kematian pohon kakao).
Kedua, penanaman kelapa secara keseluruhan tidak menurunkan hasil karena petani yang yang kehilangan produktivitas dari beberapa pohon kakao disekitarnya dapat dikompensasikan oleh buah kelapa yang didapat dari unit lahan yang sama.
Dalam proporsi tertentu hal itu masih dilakukan petani namun jika semakin banyak kelapa yang ditambahkan dalam sistem kebun kakao, hal itu akan mengorbankan produktivitas kebun kakao.
Produktivitas tanaman kakao bervariasi, dipengaruhi oleh kesuburan tanah, iklim, serta aspek pengelolaan kebun. Di Gorontalo, satu pohon kakao produktif menghasilan rata-rata 1 kilo gram kakao kering per tahun atau 0.8-0.9 ton per tahun--kebun kakao yang ditanam dengan kerapatan tinggi yakni, 800-900 pohon per hektar.
Dalam pasar yang cenderung masih tertutup, dimana harga ditentutan bebeberapa toke penampung lokal, posisi tawar petani atas harga cenderung lemah.