Semua tenaga harus dikerahkan. Tidak ada yang memudahkan balok kecuali minyak ongkak dari campuran getah karet dan minyak lampu yang dimasak dengan air hingga berbuih.Â
Orang yang di depan mengandalkan kekuatan betisnya, sedangkan yang dibelakang menjaga agar balok tidak keluar dari rel, mereka akan lebih waspada lagi jika sedang menuruni jalan.
Tumit menjadi tumpuan untuk menahan laju balok yang bisa membahayakan orang yang di depan. Jelas, mereka kekurangan tenaga, dan harus menutupinya dengan lebih bekerja keras lagi. Tidak ada yang benar-benar bisa melakukan ini sepanjang minggu, mereka biasannya mengambil waktu istirahat sesuai dengan volume pekerjaan yang telah diselesaikan.
Mereka mengeluhkan punggungnya, yang lebih tua merasakan ngilu pada tulang-tulangnya. Pekerjaan ini sangat menguras tenaga, tidak mengherankan jika konsumsi gula pada keluarga ini dalam bulan pertama mencapai 9 kg, dan beras 30 kg.
*) Dicuplik dari laporan kegiatan "Melempar Dadu di Bukit Dua Belas", Marahalim Siagian, laporan internal, KKI-Warsi, November 2001.