Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Berkelahi dengan Monyet, Potret Konflik Satwa di Gorontalo

6 Januari 2020   15:21 Diperbarui: 7 Januari 2020   08:31 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monyet 'Dige' atau Macaca hecky. Kebiasaan menjulurkan lidah mungkin datang dari sifat-sifat kita yang paling purba yakni kebinatangan (Dok.Pantiati/Burung Indonesia)

Sementara dampak langsung dari tindakan satwa liar bagi manusia adalah; rasa cemas, rasa takut, pencideraan (serangan fisik) yang dapat menimbulkan luka parah hingga terjadinya kematian pada manusia.

Dampak lain, berupa kerugian ekonomi akibat tanaman manusia yang dimakan atau dirusak oleh satwa yang terlibat. Lebih jauh, lihat Kimberley Hockings dan Tatyana Humle (2010).

Pondok jaga petani jagung di atas bukit (Foto: Marahalim Siagian)
Pondok jaga petani jagung di atas bukit (Foto: Marahalim Siagian)
Konflik satwa di Gorontalo

Konflik manusia dengan Macaca Hecky (bahasa lokal disebut Dige) di Gorontalo, khususnya pada beberapa desa-desa di Kluster Dengilo, Kabupaten Pohuwato tidak berlangsung sepanjang tahun.

Dengan siklus menanam jagung penduduk yang dilakukan dua kali dalam setahun, intensitas konflik satwa dengan manusia di lahan jagung terjadi 2 kali dalam setahun.

Serangan monyet (Dige) disebutkan penduduk mulai terjadi pada usia jagung 50 hingga 70 hari. Dalam usia itu, tongkol jagung sudah keluar dan cukup besar namun masih muda dan lebut-pada masa inilah penduduk melakukan kegiatan ekstra untuk melindungi tanaman jagungnya dari Dige.

Pada usia tanaman jagung 50-70 hari serangan monyet intens (Foto: Marahalim Siagian)
Pada usia tanaman jagung 50-70 hari serangan monyet intens (Foto: Marahalim Siagian)
Bentuk konflik satwa dan tindakan balasan petani Gorontalo

Kami mendapat testmoni dari masyarakat yang ditemui saat monitoring dengan Kelompok Masyarakat Pemantau Hutan pada Februari 2018 yang lalu.

Nehemya atau biasa dipanggil Pak Memi, seorang penduduk Dengilo yang ditemuai di kebun jagungnya mengatakan, "monyet itu pintar. Dia tahu kapan saat yang tepat untuk masuk ke ladang memakan jagung".

Dilanjutkan, "saya mulai menjaga ladang dari pagi sampai siang, selama itu ladang jagung saya aman, tetapi saat saya ke pulang ke pondok untuk istirahat siang, kawanan monyet itu masuk, jumlahnya banyak....banyak jagung muda yang dimakan, tetapi ada juga yang hanya dirusak, dipatah-patahkan."

Pada kasus berbeda, disebutkan, ada juga penduduk yang diserang oleh kawanan monyet saat hendak menghalaunya dari kebun jagungnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun