Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Penjaga Satwa yang Terancam di Antara Cinta Segitiga Gajah Liar

9 Desember 2019   19:54 Diperbarui: 20 Desember 2019   11:07 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Januardi dengan gajah yang dilepasliarkan (Dokpri Januardi)

Januardi, pria 37 tahun ini biasa di panggil Janu, sudah empat tahun terakhir ini ditugasi menjaga gajah liar di Hutan Harapan, Jambi.

Bulan November 2019 lalu, dua gajah yang dipasangi kalung tidak mengirimkan sinyal. Jika dua gajah itu tidak mengirimkan sinyal, kemungkinan terburuk adalah gajah-gajah itu mati diracun oleh penduduk atau ditembak dengan kecepak-senjata api rakitan.

Januardi (37 tahun) penjaga gajah liar (Dokpri)
Januardi (37 tahun) penjaga gajah liar (Dokpri)
Januardi dan rekannya harus ke lapangan untuk memastikan keadaan satwa itu. Melacaknya dari posisi terakhir gajah-gajah itu mengirimkan sinyal. Dalam kondisinya seperti itu,  perintah kerja untuk melacak gajah yang hilang sinyal adalah  prioritas level satu.

Kalung gajah (Doc. Januardi/Hutan Harapan)
Kalung gajah (Doc. Januardi/Hutan Harapan)
Mengapa gajah liar perlu dipantau?
Habitat gajah yang menyempit membuat gajah semakin dekat dengan manusia, konflik gajah dengan manusia pun sering terjadi.

Konflik gajah dangan manusia dimaksud adalah jika gajah merusak atau memakan tanaman kelapa sawit warga, lalu warga membalasnya dengan meracun atau menembak gajah itu dengan senjata api rakitan (kecepek) yang bisa berujung pada kematian gajah.

Meningkatnya konflik gajah dengan manusia membuat tugas penjaga satwa liar seperti Januardi menjadi lebih sulit, kadangkala menyabung nyawa.

Dalam perbicangangan kami Minggu, 8 Desember 2019 di Jambi, ia mengisahkan sebagian pengalaman pahit bekerja di lapangan.

Perambahan kawasan hutan dengan tanaman kelapa sawit (Drone, Hutan Harapan)
Perambahan kawasan hutan dengan tanaman kelapa sawit (Drone, Hutan Harapan)

Saya pernah dikepung warga, Pak. Teman saya sempat lari, saya tidak. Enam orang mereka. Enam orang itu pakai kecepek, enam pucuk kecepek mengarah ke saya. Saya tak bisa lagi apa-apa.

"Mereka menginterogasi saya. Saya dituduh sengaja mengarahkan kawanan gajah itu untuk merusak tanaman mereka. GPS yang kebetulan ada di pinggang, mereka pikir remote control. Mereka yakin dengan GPS itulah saya memerintahkan kawanan gajah itu untuk mencabuti tanaman sawit mereka. Setengah mati saya memberi penjelasan, barulah mereka percaya. Akhirnya saya pun dibebaskan," ucapknya dengan senyum pahit.

Tanaman sawit yang dicabut gajah (Dokpri)
Tanaman sawit yang dicabut gajah (Dokpri)
Kelapa sawit bukan makanan alami gajah, hal itu baru terjadi belakangan, diakibatkan karena ruang hidup gajah kian menyusut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun