Pencanangan desa aren merupakan cara jangka panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Unit V Boalemo untuk mengubah tutupan hutan yang terbuka di satu sisi serta meningkatkan pendapatan masyarakat di sisi yang lain. Pintu masuknya melalui pemanfaatan pohon aren. Desa Botumoito kemudian dicanangkan sebagai desa aren. Idenya adalah "membawa hutan ke lahan pertanian melalui wanatani berbasis pohon aren".
Di Desa Botumoito Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo Propinsi Gorontalo, Â terdapat 472 hektar kawasan hutan yang telah terlanjur dibuka oleh masyarakat untuk lahan pertanian.Â
Melalui skema hutan kemasyarakatan (HkM), kawasan hutan tersebut kemudian diusulkan agar tetap dapat dikelola oleh masyarakat melalui skema perhutanan sosial-ijin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan atau IUP-HkM.
Hak kelola ini diberikan kepada anggota masyarakat yang membentuk kelompok tani hutan (KTH) Damai. Hak kelola hutan berlaku selama 35 tahun namun dapat diperpanjang jika pengelolaanya dilakukan dengan baik.
Kelimpahan Pohon Aren di Botumoito
Pemanfaatan aren sebelum programÂ
Berdasarkan wawancara dengan anggota masyarakat, penduduk telah memanfaatkan pohon aren selama delapan tahun.Â
Bentuk pemanfaatan tradisional adalah untuk tujuan konsumsi yakni gula merah dan bohito (tuak). Produk tradisional gula merah dicetak dalam tempurung kelapa dipasarkan seharga Rp 6.000 per buah atau Rp 12.000 per pasang.
Pemanfaatan aren setelah programÂ
- Alkohol/Bioetanol
Dalam uji coba awal, hasil destilasi adalah alkohol 60-70 persen, namun dengan tekanan suhu yang lebih tinggi, kadar alkohol 90%.
Dengan mesin destilasi air nira ini masyarakat memiliki kesempatan untuk mendiversifikasi produknya, apakah untuk tujuan penggunaan medis (alkohol rumah sakit), untuk campuran parfum, atau bahan bakar bioetanol, hal itu tergantung pada kadar alkohol yang diminta pasar.
- Gula semut
Ada 1 (satu) unit mesin pengolah gula aren menjadi gula semut yang disediakan oleh KPH. Mengingat teknologi ini masih baru bagi masyarakat. KPH unit V Boalemo melatih anggota kelompok perempuan agar mahir mengoperasikannya. Termasuk analisis ekonomi, perbandingan hasil gula semut dengan gula merah.Â
- Nata pinnata
Nata pinnata adalah diversifikasi produk dari kolang-kaling yang diproses melalui peragian endosperm (daging buah aren yang masih muda). Produk ini dipasarkan dalam kemasan cup plastik. Cup plastik dan mesin untuk menutupnya juga disediakan, sehingga dapat dipasarkan sama seperti produk agar-agar dalam kemasan.
- Kolang-kaling. Â
KPH unit V Boalemo (telah) melakukan pelatihan penanganan buah aren sebelum diproses lebih lanjut, yakni dengan metode perebusan.Â
Hal teknis lain yang juga diajarkan kepada kelompok perempuan adalah cara membelah buah aren agar endossperm-nya tidak terpotong yang dapat mempengaruhi tampilan fisiknya.Â
Seorang perempuan merasa perlu mendemonstrasikan cara membuka kulit buah aren kepada penulis untuk meyakinkan bahwa mereka telah megetahui cara mengolah buah aren untuk produk kolang-kaling.
Jumlah Rumah Tangga Terdampak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H