Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengenal Aktivitas di Botumoito, Desa Aren dari Gorontalo

1 Desember 2019   23:50 Diperbarui: 3 April 2022   15:55 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencanangan desa aren merupakan cara jangka panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Unit V Boalemo untuk mengubah tutupan hutan yang terbuka di satu sisi serta meningkatkan pendapatan masyarakat di sisi yang lain. Pintu masuknya melalui pemanfaatan pohon aren. Desa Botumoito kemudian dicanangkan sebagai desa aren. Idenya adalah "membawa hutan ke lahan pertanian melalui wanatani berbasis pohon aren".

Di Desa Botumoito Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo Propinsi Gorontalo,  terdapat 472 hektar kawasan hutan yang telah terlanjur dibuka oleh masyarakat untuk lahan pertanian. 

Melalui skema hutan kemasyarakatan (HkM), kawasan hutan tersebut kemudian diusulkan agar tetap dapat dikelola oleh masyarakat melalui skema perhutanan sosial-ijin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan atau IUP-HkM.

Hak kelola ini diberikan kepada anggota masyarakat yang membentuk kelompok tani hutan (KTH) Damai. Hak kelola hutan berlaku selama 35 tahun namun dapat diperpanjang jika pengelolaanya dilakukan dengan baik.

Kelimpahan Pohon Aren di Botumoito

Dokpri
Dokpri
Estimasi jumlah pohon aren di Desa Botumoito antara 4.000-5.000 batang.  Pohon aren yang dimanfaatkan masyarakat baru sekitar 120-150 pohon. 

Pemanfaatan aren sebelum program 
Berdasarkan wawancara dengan anggota masyarakat, penduduk telah memanfaatkan pohon aren selama delapan tahun. 

Bentuk pemanfaatan tradisional adalah untuk tujuan konsumsi yakni gula merah dan bohito (tuak). Produk tradisional gula merah dicetak dalam tempurung kelapa dipasarkan seharga Rp 6.000 per buah atau Rp 12.000 per pasang.

Pemanfaatan aren setelah program 

Instalasi mengolah air nira menjadi alkohol (Dokpri)
Instalasi mengolah air nira menjadi alkohol (Dokpri)
Program pemberdayaan yang dilakukan diarahkan untuk meningkatkan dan menambah jenis-jenis olahan turunan dari pohon area yakni; 
  • Alkohol/Bioetanol

Me'Bongo produk alkohol turunan dari nira aren (Dokpri)
Me'Bongo produk alkohol turunan dari nira aren (Dokpri)
Ada 2 (dua) unit mesin destilasi air nira segar yang disediakan oleh KPH unit V Boalemo dengan kapasitas @100 liter per hari. Mesin destilasi ini dioperasikan untuk memproduksi alkohol atau biotenol. 

Dalam uji coba awal, hasil destilasi adalah alkohol 60-70 persen, namun dengan tekanan suhu yang lebih tinggi, kadar alkohol 90%.

Dengan mesin destilasi air nira ini masyarakat memiliki kesempatan untuk mendiversifikasi produknya, apakah untuk tujuan penggunaan medis (alkohol rumah sakit), untuk campuran parfum, atau bahan bakar bioetanol, hal itu tergantung pada kadar alkohol yang diminta pasar.

  • Gula semut

Ada 1 (satu) unit mesin pengolah gula aren menjadi gula semut yang disediakan oleh KPH. Mengingat teknologi ini masih baru bagi masyarakat. KPH unit V Boalemo melatih anggota kelompok perempuan agar mahir mengoperasikannya. Termasuk analisis ekonomi, perbandingan hasil gula semut dengan gula merah. 

  • Nata pinnata

Nata pinnata adalah diversifikasi produk dari kolang-kaling yang diproses melalui peragian endosperm (daging buah aren yang masih muda). Produk ini dipasarkan dalam kemasan cup plastik. Cup plastik dan mesin untuk menutupnya juga disediakan, sehingga dapat dipasarkan sama seperti produk agar-agar dalam kemasan.

  • Kolang-kaling.  

Varian produk kolang-kaling rasa gula aren (Dokpri)
Varian produk kolang-kaling rasa gula aren (Dokpri)
Pembuatan produk kolang-kaling menyasar kelompok perempuan. Bahan bakunya adalah bauah aren yang masih muda. Buah aren menimbulkan rasa gatal bila trjadi kontak langsung dengan kulit. 

KPH unit V Boalemo (telah) melakukan pelatihan penanganan buah aren sebelum diproses lebih lanjut, yakni dengan metode perebusan. 

Hal teknis lain yang juga diajarkan kepada kelompok perempuan adalah cara membelah buah aren agar endossperm-nya tidak terpotong yang dapat mempengaruhi tampilan fisiknya. 

Seorang perempuan merasa perlu mendemonstrasikan cara membuka kulit buah aren kepada penulis untuk meyakinkan bahwa mereka telah megetahui cara mengolah buah aren untuk produk kolang-kaling.

Jumlah Rumah Tangga Terdampak

Pak Roy penyuluh KPH unit V Boalemo menyerahkan alat untuk membuat gula semut (Dokpri)
Pak Roy penyuluh KPH unit V Boalemo menyerahkan alat untuk membuat gula semut (Dokpri)
Jumlah kelompok yang terdampak dari program ini sebanyak 67 kk, terdiri dari dua kelompok tani yakni Usaha Bersama pada kelompok perempuan dan Maju Bersama pada kelompok laki-laki.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun