Saat aku masih kecil aku sudah belajar mencintai-Mu
ibuku bilang Engkau laskar cinta tersempurna
aku diajarkan untuk tidak menduakan-Mu
sebab kata ibuku cinta-Mu tiada duanya
memang aku belum begitu mengerti sesungguhnya
acapkali goresan berbaris di jidatku mencerna sedaya
mampu pelajaran rumit dari ibuku
terakhir, ibu bertutur Engkau paling sempurna sedunia
Sekarang aku sudah dewasa
 tatkala aku mencintainya, aku sedang mencintai-Mu
ia persembahkan sepenuh cinta untukku
kasih sayang dan asmara, hanya untukku ia berbagi
kerinduannya pun, untukku seorang tertumpu
kurasa ini keagungan cinta dalam hidupku
aku sempat berprasangka kalau cinta itu hanya milik berdua
Tatkala aku sendiri tanpanya
aku mulai mengerti cinta itu tidak sempurna
kasih sayang itu tidak berpihak padaku
asmara itu redup tak membara
dan kerinduan itu sendu menyembilu
Di saat itu pula aku sadar, sepenuh sadar
Engkau tak pernah membiarkanku walau sesaat
Kau taruh cinta di atas duniaku tanpa henti
Kau kuatkanku dengan kasih sayang yang bukan
sekadar selayang pandang
Kau-kecupkanku asmara keabadian tak berkesudahan
juga Kau-tancapkan rindu di bilik hatiku untuk-Mu
Kau tak pernah lengah memeliharaku
tak pernah lupa menjagaku, tak pernah bosan menganugerahiku
tak pernah tidur dari mengkasihiku dan selalu setia memberi cinta-Mu
Aku ingin ...
mencintai hanya Engkau
berasmara dan bercumbu hanya
dengan-Mu, merindu juga hanya Engkau
Aku ingin setia pada-Mu
seperti Kau teramat sangat setia padaku
dan pada para kekasih-Mu
aku ingin selalu bersama-Mu
di tidurku, di jagaku, di setiap detikku
ku hanya ingin bersama-Mu
karena kesempurnaan hanya milik-Mu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H