Mohon tunggu...
Mar
Mar Mohon Tunggu... Administrasi - Berita

https://www.kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kartini dan Kohati Oleh Uswatun Hasanah

19 Oktober 2021   05:45 Diperbarui: 19 Oktober 2021   06:16 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uswatun Hasanah saat ngisi materi basic training LK1 Komisariat STAINATA tentang ke Kohati an.

Pada 2 Mei 1964, Presiden Republik Indonesia, Sukarno, lewat Surat Keputusan Presiden RI, menetapkan almarhumah R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional (SK Presiden RI no. 106 Tahun 1964),

Melalui bahasa pertimbangan SK Presiden bahwa Kartini di angkat sebagai pahlawan nasional karena kecintaan dan jasanya terhadap negara, menentang penjajahan, terlebih kepada kaum perempuan, memberikan makna pentingnya jasa-jasa perempuan untuk membangun negara, berani berfikir lebih luas tentang kondisi negara dengan memberikan sumbangsih solusi dan mampu menjadi solusi demi membangun Negara.

Perempuan pada umumnya dari masa penjajahan sampai dengan masa kini, bisa di lihat referesentasinya melalui keterwakilannya di ruang legislatif yang telah diupayakan oleh negara untuk mengisinya (UU no. 2 tahun 2008), namun sampai saat ini kuota tersebut belum juga terpenuhi.

Pembelajaran dan penghayatan tentang teragendanya hari kartini dalam kalender indonesia tanggal 21 bulan April, menandakan masih minimnya para perempuan dan komunitas perempuan untuk memetik pembelajaran dari perjuangan R.A. Kartini dalam berjuang memberikan kontribusi terhadap Negara.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang punya komitmen terhadap keummatan dan kebangsaan memiliki lembaga keperempuanan yang disebut KOHATI (Korps HMIwati), yang hampir tidak pernah Alpa dalam melaksanakan kegiatan peringatan Hari Kartini, mulai dari komisariat hingga pengurus besar, diharapkan dalam setiap acara peringatan tersebut dapat memberikan suntikan semangat untuk tetap berkontribusi terhadap Agama dan Bangsa.

Permasalahan perempuan, adalah tentang tanggung jawab, tanggung jawab maka bicara keberanian, keberanian maka berpangkal pada keluasan cara berfikir untuk perbaikan-perbaikan terhadap keteledoran dalam agama dan negara ini.

Kohati harus berani melawan doktrin-doktrin keperempuanan yang semakin lemah untuk bicara pembangunan, berani memperbaiki tradisi yang sudah mengakar dalam masyarakat terkait keterkungkungannya dalam berfikir dan dan bergerak untuk kemajuan.

Persoalan keperempuanan saat ini yang merajalela, dapat menjadi objek juang perempuan masa kini, seperti yang telah dilakukan pada masa lampau oleh R.A. Kartini dan pahlawan nasional perempuan lainya, seperti Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Laksamana Malahayati dan perempuan lainnya yang berjuang untuk Negara dan Agama.

Oleh : Uswatun Hasanah Pengurus Korps HmI Wati (Kohati)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun