Mohon tunggu...
Muhammad Hidayanto
Muhammad Hidayanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saat mulut tidak dihiraukan lagi, harapanku terakhir tinggal tangan ini yang selalu munyusun rantaian kata-kata untuk "membangunkan" mereka yang tersesat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bupati Aceng Fikri Menyita Perhatian Dunia

10 Desember 2012   05:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:55 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa akhir pekan ini, Bupati Garut, Aceng Fikri mewarnai pemberitaan di berbagai media massa baik online maupun cetak. Bahkan media international juga memuat kasus ini. Kalo pemberitaan tentang Jokowi, yang disoroti oleh media adalah gebrakannya dalam membangun Jakarta lebih baik. Tetapi, pemberitaan tentang Aceng Fikri yang sebagai publik figure, yang disoroti oleh media adalah kawin kilatnya. Pada dasarnya, persoalan kawin kilat yang dilakukan oleh Aceng fikri bukan sesuatu yang baru lagi. Banyak publik figure yang sering melakukan kawin kilat seperti ini, tetapi karena kebetulan yang terekspose oleh media adalah Aceng Fikri selaku Bupati Garut maka kasus ini menjadi heboh di kalangan masyarakat.

Berbicara kawin kilat yang dilakukan oleh Aceng Fikri selaku Bupati Garut memang seringkali membuat kita kesal. Pasalnya, beliau adalah seorang pemimpin daerah yang seharusnya menjadi panutan bagi warganya.Sangat tidak pantas seorang bupati melakukan pernikahan dengan tidak mengikuti aturan legalitas yang berlaku. Apalagi yang waktunya hanya 4 hari dan kemudian diceraikan melalui pesan di SMS. Sebagian orang menganggap ini sangat melecehkan derajat seorang perempuan. Sehingga jangan heran bila masyarakat khususnya para wanita marah dan memaki-maki seorang bupati dengan kata-kata kasar.

Berangkat dari kegelisahan masyarakat garut, para tokoh masyarakat dan adat serta para ulama melakukan perundingan. Dalam perundingan tersebut, para ulama berpandangan, cara yang ditempuh oleh Aceng Fikri dalam menikahi seorang wanita berumur 18 tahun dan menceraikan dalam waktu 4 hari melalu SMS sangat tidak dibenarkan. Alasan diceraikannya pun karena persoalan bau mulut dan sudah tidak perawan lagi. Aceng Fikri pun merasa di bohongi oleh pihak keluarga si wanita. Berdasar informasi dari keluarga pihak wanita, Si wanita ini adalah santri di pesantren dan orangnya sangat pendiam.

Menanggapi alasan yang dilontarkan oleh Aceng Fikri, pihak keluarga langsung mengklarifikasi keadaan yang sebenarnya. Si wanita mengaku siap untuk di sumpah bila dirinya tidak perawan lagi. Ia sangat kecewa dengan sikap Aceng dalam menceraikannya hanya melalui SMS. Ia hanya meminta Aceng untuk meminta maaf dengan keluarganya.

Masyarakat Garut pun marah seiring dengan pemberitaan di semua TV nasional maupun swasta. Semua elemen masyarakat langsung turun kejalan berdemonstrasi menuntut agar Aceng turun dari jabatannya sebagai Bupati Garut. Aksi yang dilakukan pun bermacam-macam. Kelompok ibu-ibu berdemonstrasi di depan Kantor Bupati Garut dengan membawa celana dalam wanita sebagai hadiah untuk Bupati Garut. Sementara mahasiswa berdemonstrasi dengan memakai bra wanita yang juga dihadiakan untuk Aceng Fikri.

DPRD Garut selaku lembaga legislatif yang diamanatkan oleh UU berhak memberhentikan Bupati langsung membentuk Pansus. Pansus ini yang nantinya akan menyelidiki langsung dan akan dijadikan bahan pertimbangan di saat rapat paripurna nanti. DPRD Garut pun sudah beberapa kali memanggil Aceng Fikri. Namun, selalu mangkir dari panggilan itu.

Disaat tuntutan pemakzulan Aceng Fikri sebagai Bupati Garut, keluarga Aceng menemui keluarga si wanita. Dalam pertemuan itu, keluarga Aceng meminta maaf dan meminta untuk berdamai dengan keluarga si wanita. Keluarga Aceng pun di sambut dengan baik oleh keluarga si wanita. Akhirnya, dalam pertemuan itu terjadi kesepakatan untuk berdamai di antara kedua belah pihak.

Gelombang demonstrasi ternyata belum bisa reda meskipun telah ada kata sepakat antara kedua belah pihak. Tuntutan pemkzulan masih terus digulirkan. Masyarakat Garut sudah terlanjur kecewa dengan perilaku Bupati Garut Aceng Fikri. Ibarat kata, nasi sudah menjadi bubur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun