Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Menyusuri Budaya Tionghoa di Desa Tajur Halang

6 Maret 2019   14:14 Diperbarui: 6 Maret 2019   15:47 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama Narasumber
Bersama Narasumber
BOGOR - Tajur Halang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Daerah ini merupakan pemekaran dari Kecamatan Bojong Gede pada tahun 2006 silam. Desa Tajur Halang Bogor memiliki keunikan tersendiri, dimana di daerah ini sangat banyak etnis keturunan Tionghoa yang sudah bermukim sejak 350 tahun silam. Tentu karena hal ini menyebabkan adanya kawin silang ditengah keberagaman yang ada, sehingga terjadilah Akulturasi Budaya.

Bila diperhatikan dari segi budaya, wilayah ini patut diapresiasi karena rasa toleransi yang cukup tinggi untuk dapat hidup berdampingan walaupun diselimuti perbedaan yang cukup mencolok. Adapun Kebudayaan Tionghoa yang masih terus dilestarikan di Desa Tajur Halang Bogor, salah satu diantaranya yaitu warga desa selalu rutin berpartisipasi dalam merayakan hari-hari besar Tionghoa contohnya Hari Raya Imlek.

Pada bulan Februari kemarin, saat Hari Raya Imlek warga Desa Tajur Halang memperingati perayaan Cap Go Meh yang cukup meriah. Dalam acara Cap Go Meh tersebut, dimulai pada pagi hari mereka bersama-sama melakukan ritual kebaktian yang diadakan di Vihara Buddha Dharma. Setelah itu, dilanjutkan pesta makan bersama dengan berbagai macam hidangan masakan khas Tionghoa. Tidak hanya itu, terdapat pula banyak hiburan seperti atraksi barongsai, tarian liang liong dan pertujukan wayang potehi yang diperuntukan bagi anak-anak. Pesta Cap Go Meh ini dilakukan di salah satu kediaman tokoh adat Tionghoa sekitar Tajur Halang yaitu Bapak Tsan Lai.

Beliau menuturkan tidak hanya Budaya Tionghoa yang mereka rayakan bersama-sama, namun ada pula Budaya hasil Akulturasi yang telah menjadi tradisi secara turun menurun yang dilaksanakan oleh warga Desa Tajur Halang yaitu Pagelaran Seren Taun atau Sedekah Bumi. Tradisi ini hanya diadakan setahun sekali dalam rangka Memperingati Tahun Baru Islam dengan tujuan menggambarkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pemberian hasil panen yang berlimpah.

Menurut Bapak Tsan Lai, diadakannya pagelaran ini tidak hanya untuk ajang pertunjukkan semata yang memperlihatkan bagaimana seni budaya diusung, melainkan terkait kebersamaan banyak pihak dalam menjaga hubungan komunikasi antar budaya dalam keberagaman yang terdapat di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berharap tidak ada lagi diskriminasi di era masa kini, serta generasi muda selanjutnya dapat terus melestarikan berbagai budaya bangsa, mempererat rasa persatuan dan meningkatkan rasa tenggang rasa dalam perbedaan agar terciptanya kerukunan dan kedamaian.

(Penulis : Raudhatun Maqhfira)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun