Walaupun saya kesulitan mencari kerabat ataupun keturunan dari makam yang ada ditepi sungai itu, makam ini bagian dari sejarah di Berau. Ketika beberapa tahun menetap di Berau,. Saya juga masih sempat melihat keluarga Tionghoa yang usianya lebih dari 100 tahun. Sudah di atas kursi roda, karena ukuran kaki yang kecil.
Setiap puncak perayaan Ceng Beng, kompleks makam ini juga menjadi salah satu kunjungan warga Tionghoa untuk melakukan sembahyang bagi para leluhur. Sementara saya juga terus mencari tahu, tentang kisah dari makam tersebut. Â Mungkin saja, pada saat puncak Ceng Beng nanti, ada anak ataupun cicit yang datang untuk sembahyang bagi leluhur di makam ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H