Ketika CONVID-19 merebak, kita seakan terhenyak . Baru tersadar, bahwa apa yang selama ini diperbincangkan (bila dilaksanakan) membawa manfaat besar. Dulu, ada usulan bahwa setiap wisatawan yang datang menggunakan speed boat, harus mendarat disatu tempat (dermaga). Â Dari sana, kemudian baru bergerak ketujuan masing-masing.
Sayang usulan itu tak pernah dilaksanakan. Â banyak saja alasannya. Â Dianggap tidak praktis dan menyusahkan. Padahal, waktu itu maksudnya, agar petugas mudah melakukan pencatatan, juga mudah 'memungut' retribusi.
Sebab, khusus kunjungan wisata ke pulau Maratua dan pulau Derawan yang datang dari Kalimantan Utara (Tarakan dan Tanjung Selor), langsung menuju pulau sesuai dengan trip yang dibuat agen perjalanan. Dari Tarakan ke Maratua melanjutkan ke pulau Kakaban, pulau Sangalaki dan bermalam di Pulau Derawan. Atau bisa sebaliknya.
Maaf, selama ini banyak brosur yang beredar, di wilayah utara yang menjual potensi wisata (Derawan dan Maratua) yang ada di Kaltim (Berau). Bahkan, dalam sebuiah majalah penerbangan, seakan-akan dua destinasi itu masuk dalam wilayah Kalimantan Utara.
Konvoi belasan perahu cepat, setiap tiga hari menjelang akhir pekan, Â datang dari Tarakan. Â kalau, setiap speed boat bermuatan 25-30 orang, sebanyak itu wisatawan yang datang di luar pengawasan. Petugas Kampung maupun kecamatan, tak bisa berbuat banyak. hanya bisa menyaksikan situasi itu, selama bertahun-tahun.
Di Maratua dan Derawan, ada dermaga yang bisa ditempati untuk mendarat. Tetapi, hal itu tidak dilakukan. Speed langsung parkir, didermaga milik resor.
Juga ada usulan, agar speed boat yang datang dari Kalimantan Utara, transit dulu di pulau Derawan atau Maratua. Â Selanjutnya, untuk berkeliling pulau dimanfaatkan oleh speed boat yang nota bene stand by di dua pulau itu. Dengan begitu, sekaligus memanfaatkan transport lokal. Itu juga tidak bisa berjalan.
Kalau yang datang melalui bandara, masih bisa terdeteksi. Â Satu pesawat Subsidi Ongkos Angkut (SOA) dengan pesawat Susi Air, satunya lagi pesawat carter salah satu resor, yang khusus membawa tamu resor dari Eropa, yang datang setiap hari Sabtu melelalui bandara Sepinggan Balikpapan langsung ke Maratua.
Wisatawan yang datang, melalui pintu bandara Tarakan, menggunakan penerbangan langsung dari Jakarta. Baik wisatawan nusantara atau wisatawan mancanegara. Dari bandara kemudian ke pelabuhan di Tarakan, selama 3 jam melanjutkan menggunakan speed boat langsung menuju pulau. Setelah menyelesaikan liburan, mereka kembali dengan jalur yang sama.
Ada usulan, ditutup sementara kunjungan wisata ke Pulau Maratua dan Derawan. Mungkin ada benarnya. Wisatawan Eropa yang datang dengan pesawat carter itu, berasal dari negara yang terdampak Corona. Â Seperti Italia, Jerman dan beberapa negara Eropa lainnya.
Kalau pemerintah kabupaten mengambil keputusan melakukan 'lockdown' terhadap destinasi wisata, sekaligus memberikan kesempatan melakukan penataan. Bahwa, setelah 'lockdown' berakhir, bisa melakukan penataan. Semua angkutan cepat, khususnya dari Utara, harus masuk ke 'terminal' terlebih dahulu. Selanjutnya, ditangani oleh angkutan lokal, juga dengan guide lokal yang bersertifikat.