Mohon tunggu...
Tuty Yosenda
Tuty Yosenda Mohon Tunggu... profesional -

hanya perempuan kebanyakan dengan cita-cita 'kebanyakan' ;-) , yaitu jadi penonton, pemain, penutur, wasit, sekaligus ... penghibur. (^_^) \r\n\r\nblog personal saya adalah yosendascope.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Setanku Sudah Jadi Muslim, Ya Aisha ...

7 Agustus 2012   05:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:09 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah, sudahlah, engkau sudah bersusah-payah ! Tidur sedikit lagi tidaklah mengapa..."

"Ah, sudahlah, engkau selalu melayani orang lain. Sekali-sekali memanjakan diri tidaklah berbahaya ..."

"Ah, sudahlah, engkau sudah berbuat kebaikan. Sudah selayaknya engkau menerima penghargaan !"

.

“Ah, apa sih bahayanya menjadi orang yang tidur, makan, dan belanja sedikit berlebih ? Apa salahnya bermalas-malasan dan memanjakan diri sekali-sekali ?  Apa jeleknya menerima penghargaan sesudah bekerja keras hingga mengorbankan diri ?”, begitu setan imut dalam diriku membela diri.

Ah, engkau benar sekali wahai setan kecil ! Bisa jadi kali ini engkau tidak sedang menciptakan manusia berhati monster yang membuat bulu-kuduk kami berdiri. Engkau hanya sedang berperan sebagai pengalih-perhatian, sembari melembekkan apa-apa yang kokoh dan menceraikan apa-apa yang utuh, itu saja. Tujuanmu hanyalah menjadikan kami‘toleran’ pada perilaku ala-kadarnya,seperti kegemaranberleha-leha dan menunda-nunda. Adalah dirimu juga yang telah menciptakan cara mengalokasikan waktu, ilmu dan harta dalam kemasan gemerlap yang kau namai ‘gaya hidup’, lengkap dengan sentuhan-tanpa-jiwa yang menjadi ciri khasmu. Begitu hati-hatinya engkau menyusup dalam pengetahuan dan teknologi manusia, hingga lambat-laun semua mekanisme-duniawi-yang-telah-diperbarui itu diterima dengan patuh sebagai ... berhala. Beramai-ramai orang menamai bentuk pemujaan baru ini sebagai budaya populer, dan hanya satu-dua budayawan**) yang menamainya “budaya-tanpa-kecerdasan”. “Ah, bukankah makin banyak orang yang menjalankan agama ? Bukankah antrian peserta ibadah haji semakin panjang ? Bukankah kerudung dan sarung makin banyak peminatnya ? Dan bukankah para ulama tetap menduduki tempat terhormatnya ?” Ah, masih juga engkau mencoba menipuku wahai setan kecil !  Apalah artinya banyak ?  Bagi tubuh yang perlu regenerasi, sedikit madu lebih menolong ketimbang banyaknya gula. Bagi rakyat yang sedang merana, banyaknya lapangan-kerja lebih bermanfaat daripada banyaknya jemaah haji. Dan bagi negeri yang telah gering begitu lama, tak mungkin lagi mengharapkan penawarnya dari celoteh para ulama yang memegahkan diri, melainkan dari ulama tersembunyi yang berkarya-dalam-diam. Tak disangkal lagi, segala yang banyak itu memang menarik hatimu wahai setan kecil. Engkau ilhamkan pada hati manusia untuk menyukai kebanyakan, bukan kedalaman. Engkau buat mereka jatuh cinta pada banyaknya kesibukan duniawi, hingga mereka lupa pada kedalaman batin yang menumbuhkan sayap-sayap keabadian mereka sendiri. Mereka mungkin terlihat sembahyang, tapi yang kau lihat sembahyang itu hanyalah raganya. Berkat peranmu, kebanyakan mereka menjadi penganut Mediokriti, yaitu orang-orang yang begitu berorientasi materi, hingga menyisakan perhatian yang ala-kadarnya terhadap pertumbuhan ruhaninya sendiri. “Ah, bukankah engkau sendiri yang bilang, bahwa para setan kecil seperti kami ini hanya bermaksud menjadi pengalih-perhatian ? Kami kan tidak sedang menciptakan kekacauan dunia !”, demikian setan genit itu memprotes dengan kenesnya. Terbayang betapa sulitnya kebanyakan manusia menghadapi pesona para Pelembek Hati seperti mereka. (Tapi jika engkau terbiasa melakukan hal-hal yang melembutkan hatimu sendiri, percayalah, mereka bukanlah tandinganmu sama sekali !)

Memangnya apa yang diperlukan para setan untuk mengacaukan dunia ? Mereka tidak perlu menyiapkan sejuta Hitler, cukup satu orang saja yang sekelas dengan Hitler. Sedangkan selebihnya ... biarlah dunia ini diisi dengan orang-orang yang begitu asyik dengan dirinya sendiri, hingga tak peduli pada gagasan besar, pada kemanusiaan, dan pada kehidupan. Ketidakhadiran batin mereka dalam kebersamaan sosial itu akan melicinkan jalan bagi seorang ‘Hitler’. Tanpa mereka, ‘Hitler’ manapun takkan punya daya ! Jadi siapa bilang para penganut Mediokritiini tidak menyumbang apa-apa pada kekacauan dunia ? .

Tentu saja semua rentetan kata-kata itu kusimpan sendiri di dalam hati, karena setiap perdebatan itu bagaikan cemilan nan gurih bagi setan. Mereka hidup dalam diri kita, serta mendapat energi dari mekanisme ragawi kita, termasuk di antaranya adalah berdebat. Saat kita sedang memanjakan diri dengan hal-hal duniawi,  mereka mendapat kekuatan ekstra untuk mengendalikan kekuatan pikiran kita dari dalam. Semakin banyak hal-hal yang kita pelajari, sebanyak itu pulalah bahan dari pemahaman kita yang bisa mereka gunakan untuk menaklukkan kita. (Dan yang dimaksud dengan takluk itu adalah ... lupa ! Seluruh perhatian kita begitu teralihkan pada urusan "aku" ATAU "mereka", sehingga kita lupa bahwa kita berasal dari YANG SATU. Inilah kemenangan terbesar mahluk pengalih-perhatian itu atas diri kita !) Tapi percayalah, kalau kau tahu kelemahan setan, setidaknya tak banyak lagi yang perlu kau khawatirkan ! Karena sesungguhnya setan atau nafsu itu bagaikan pencuri.

Bayangkan pada suatu malam, engkau tiba-tiba terjaga dari tidurmu, karena mencium kehadiran seorang pencuri di dalam ruang tamu rumahmu. Engkau bahkan mendengar dengan jelas gemerincingnya benda-benda berhargamu yang sedang dipindahkan dengan hati-hati. Seorang diri dalam kegelapan, apa saja pilihan yang tersedia bagimu ? Jika engkau bermaksud menyerangnya dengan benda tajam, ia pasti memiliki senjata yang sama denganmu. Apapun yang bisa kau gunakan untuk menghentikannya, ia juga bisa menggunakannya untuk melawanmu. Jadi apa yang akan kau lakukan ?
Jawabannya adalah : “Nyalakan lampu !”
Karena semua pencuri adalah pengecut. Dan ketika kau gunakan cahaya kesadaran dalam proses ini, pencuri akan kabur secepat ia datang.
Kau bahkan tak perlu berkelahi sama sekali ! ***)

.

1344311460419512916
1344311460419512916

.

Sesungguhnya alasan terbesar yang membuat kita takut pada sesuatu adalah karena kita tidak memahaminya. Setan hanyalah penguasa dunia remang-remang, dimana mereka bisa leluasa bermain dengan bayangan : membesarkan apa-apa yang kecil, mendistorsi bentuknya, mendramatisir, serta membuatnya bergerak-gerak menakutkan. Betapa lucunya permainan bayangan ini, meski sama sekali tak lucu rasanya ketika yang tampak “membesar dan mengancam” itu adalah ketakutan kita sendiri ! .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun