Mohon tunggu...
Tuty Yosenda
Tuty Yosenda Mohon Tunggu... profesional -

hanya perempuan kebanyakan dengan cita-cita 'kebanyakan' ;-) , yaitu jadi penonton, pemain, penutur, wasit, sekaligus ... penghibur. (^_^) \r\n\r\nblog personal saya adalah yosendascope.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jaring

19 April 2012   13:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:25 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakah yang mengalahkan semut dalam urusan daur-ulang dan aerasi tanah ?

.

[caption id="attachment_175682" align="aligncenter" width="622" caption="Semut -juga lebah- pun memiliki jaring, tepatnya jejaring dalam pengertian yang non material. Setiap individu dalam organisasi mereka merupakan simpul-simpul jejaring yang bertanggungjawab atas aktivitas tertentu. "]

13348399391123203901
13348399391123203901
[/caption]

Meski sama-sama memiliki jaring, labah-labah soliter dan serangga sosial itu menjalani kehidupan yang amat berbeda. Perspektif tentang jaring-jaring itulah yang sesungguhnya merupakan faktor pembeda keduanya.  Jaring labah-labah memang terdiri dari serat-serat halus dan lengket yang bisa diamati secara visual, namun jaring lebah tidaklah bersifat material seperti itu. Dengan mencermati jaring lahiriah sebagaimana milik labah-labah itu, sesungguhnya kita sedang menyaksikan perspektif kaum labah-labah tentang kehidupan. Kehidupan di mata mereka hanyalah sebatas hal-hal lahiriah yang memiliki keterukuran inderawi, setidaknya secara visual. Dan terhadap berbagai hal yang dangkal semacam itulah mereka memelihara kemelekatan.

.

Sebaliknya, jejaring kaum lebah itu tidaklah bersifat inderawi, melainkan tersusun dari unit-unit aktivitas dan pelayanan yang saling melengketkan-diri dalam kebersamaan yang kokoh. Begitu kokohnya kebersamaan tersebut, hingga komponen kekerabatan dan kasih sayang saja tidaklah memadai untuk menjelaskan mengapa serangga sosial ini begitu rela mendahulukan kepentingan sesamanya, bahkan tak keberatan melakukan pengorbanan diri.  Kekokohan semacam itulah yang membuat mereka menerima gelar sebagai Superorganisme. Mereka semua adalah satu tubuh, dengan satu ibu yang dijunjung tinggi, serta proses regenerasi cermat yang dijadikan tumpuan harapan bersama. Inilah jejaring tangguh ala kaum lebah dan kaum semut yang disusun bukan berdasarkan perspektif inderawi yang dangkal, melainkan perspektif batiniah yang memiliki kedalaman universal.

.

Menariknya lagi, sekumpulan mahluk sosial yang paling banyak diteliti dan dibicarakan itu memiliki ruang kehidupan yang tidak dibatasi oleh besar-kecilnya teritori. Lebah adalah masyarakat yang swaorganisasi, karena mereka mampu menanam dan memproduksi makanan mereka sendiri. Sedangkan kaum semut itu tidak pernah kekurangan lapangan kerja maupun makanan, berkat keterampilan mereka sebagai pendaur-ulang yang kreatif.  Dengan modal dasar berupa kedisiplinan, kerja-keras, serta kerja-sama di antara sesama mereka itu, maka jadilah mereka mahluk yang tidak perlu mematok dan membatasi teritori.

Selalu demikian jalan ceriteranya ketika kita memperlakukan Bumi sebagai zona berbagi :

“Seluruh mahluk akan membuka teritori yang telah dipatoknya, sembari menempatkan kita sebagai mitra yang dikehendaki.”

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun