Juga sebagian kecil guru, penggembala-tanpa-nama yang memandu kita dari pemikiran sempit dan tertutup menuju pemahaman lentur dan terbuka.
Juga sedikit ruhaniwan, penggembala-tanpa-pamrih yang membebaskan kita dari egosentrisme (sikap mementingkan diri), dan menggiring kita menuju kosmosentrisme (sikap mendahulukan keseimbangan Kosmos).
Mereka adalah penanda zaman yang menjadi pilar emas pada masanya, dan masih akan berkilau seterang bintang di masa-masa berikutnya. Mereka tahu, hanya itulah satu-satunya jalan menembus keabadian. Yaitu jalannya para pembelajar yang membuka diri untuk menerima bimbingan langsung dari Tuhannya, lalu melanjutkan tugas kenabian dengan menjadi penggembala merdeka yang memerdekakan.
“Robohkan penjara kandang sempitmu, bebaskan pengamatan terbukamu !”
“Matikan diri-parsialmu, agar engkau terlahir kembali sebagai diri-utuh dan plural !”
Mestinya suara-suara itu masih bergaung, meski hanya tertangkap oleh mereka yang telah mematikan antena lokal (baca: ego) dan mengaktifkan antena universalnya. Mestinya engkau masih punya keberanian untuk menyimaknya, lebih-lebih engkau tahu apa akibatnya bagi semua, hanya karena ada sebagian yang mengingkarinya. Dan mestinya ini tidaklah terlalu sulit, karena Tuhan selalu menyediakan satu bulan yang amat istimewa setiap tahunnya. Di bulan ini, selalu ada penawaran untuk bergabung menjadi anggota pemburu ‘malam yang lebih baik dari seribu bulan’, sebuah tiket menuju keabadian.
Keabadian itu dijanjikan oleh hutan dan kekayaan Alam yang terpelihara dan bermanfaat bagi mayoritas, bukan minoritas (seperti sekarang). Tak kalah pentingnya adalah mendidik manusia untuk memahami betapa berharganya kekayaan Alam yang dibiarkan berumur panjang.
Keabadian itu dibangun melalui berbagai pilihan dan ruang gerak yang kau ciptakan bagi rakyat banyak, agar ribuan ibu tak perlu menantang bahaya ke luar-negeri, dan jutaan anak tak perlu lagi kelaparan.
Keabadian juga bisa kau ciptakan melalui pendidikan ala para penggembala sejati, hingga engkau meninggalkan jejak yang dalam dan tak terlupakan, bahkan setelah engkau tak lagi malang-melintang di dunia ini.
*
Akhir kata, mari menuntaskan kemerdekaan individual kita dengan memerdekakan sesama. Selamat berpuasa dan berlatih memerdekakan. Selamat merayakan kemerdekaan. [*]