Mohon tunggu...
Tuty Yosenda
Tuty Yosenda Mohon Tunggu... profesional -

hanya perempuan kebanyakan dengan cita-cita 'kebanyakan' ;-) , yaitu jadi penonton, pemain, penutur, wasit, sekaligus ... penghibur. (^_^) \r\n\r\nblog personal saya adalah yosendascope.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hanya Pejuang yang Hidup Abadi

18 September 2011   14:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:51 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warna salmon pacific berubah dramatis selama masa pembuahan, yang juga merupakan detik-detik terakhir kehidupan mereka.

Saudaraku, setiap Ramadhan kita berpuasa, lalu menikmati Idul Fitri di bulan berikutnya. Entah mengapa sekali setahun kita merayakan kemenangan yang mengherankan itu, padahal tak terasa pergulatannya, juga tak terbersit kebanggaannya. Jauh di dalam hati kita tahu, bahwa kemenangan itu haruslah suatu peristiwa luar-biasa yang akan mengubah hidup kita selamanya. Bahkan dalam samar itu ada sepercik keyakinan, bahwa puasa yang berakhir dengan kemenangan sejati, pasti akan menyelamatkan kita dari perasaan menua, meletih dan pesimistik, hingga akhir nanti. Saudaraku, setelah puluhan kali berpuasa, tak mungkin lagi kita melihat ritual menahan lapar dan haus sepanjang siang itu sebagai ...perjuangan. Bahkan setelah sekian kali menjalani kebersamaan dan aksi kepedulian, kita dapati bahwa prestasi terbesar kita ternyata hanyalah menciptakan antrian para peminta-minta, perengek dan pemimpi yang semakin panjang, bukannya barisan para ...pejuang. Barangkali sudah saatnya bagi kita untuk kembali melirik sebuah gambaran fitri tentang kehidupan alami. Di atas panggung peragaan Kosmos itu, setiap saat selalu ada pertunjukan yang mengisahkan para pejuang dan perjuangannya. Kisah tersebut secara bergilir diperankan oleh berbagai satwa liar. Ini hanyalah satu di antaranya:

“Ribuan ikan salmon setiap tahun berbondong-bondong meninggalkan hangatnya lautan menuju hulu sungai yang dingin, menempuh jarak yang bisa mencapai ribuan kilometer. Berbagai tantangan menghadang sepanjang perjalanan, meliputi bermacam pemangsa, tanjakan yang luar-biasa tajam, juga perbedaan suhu dan kadar garam yang menuntut kondisi prima untuk melaluinya.

Tekanan yang begitu besar membuat mereka tidak sempat makan dan beristirahat, membuat perjalanan ini lebih mirip 'misi bunuh diri'. Ya, sebagian besar pengembara itu akan tewas dalam perjalanan. Mereka yang selamat juga akan segera mati, tentunya setelah menitipkan jejak berupa benih-benih keturunan mereka untuk dibesarkan dan disebarluaskan oleh sang hulu.” [caption id="" align="aligncenter" width="554" caption="Warna salmon pacific berubah dramatis selama masa pembuahan, yang juga merupakan detik-detik terakhir kehidupan mereka."][/caption]

*

Betapa seriusnya Kosmos memperagakan semua ini; keseriusan itu bahkan nyaris mendekati ... kegilaan. Namun dengan jelas panggung ini mengajarkan kita tentang hakikat perjuangan, sambil sesekali menampakkan pemandangan menakjubkan tentang keputusan-keputusan nekad dan mematikan yang dibuat oleh para pejuang. Aksi migrasi para satwa liar itu seakan mengandung pesan, bahwa tonggak penting sejarah memang selalu diwarnai oleh keputusan-keputusan gila. Puasa, juga tekad besar untuk meninggalkan cangkang, rumah yang nyaman, atau selimut penghangat ...itu hanyalah sebagian di antaranya. Namun berkat ‘paket kegilaan’ semacam ini, kehidupan lalu bergerak dan mengalami pembaruan. Gerak dan pembaruan ini bahkan dimulai sejak ratusan juta tahun lalu, yaitu ketika ada ikan pemberani yang rela meninggalkan kawasan perairan yang paling mereka cintai, juga primata yang rela hijrah dari kawasan hutan yang paling mereka kenali. Kini mari kita lihat pengembara lainnya yang juga berani membahayakan hidupnya demi sebuah perubahan dan pembaruan. Berikut adalah kisah mereka :

*

Gibraltar, tahun 711. Seorang panglima perang asal Afrika Utara bernama Thariq Bin Ziyad beserta pasukan kecilnya baru saja mendaratkan kapalnya. Mereka dikirim oleh Musa Bin Nusair untuk membebaskan rakyat Spanyol dari penjajahan yang dilakukan oleh rajanya sendiri. Sungguh misi yang amat berat, karena kekuatan musuh berlipat-lipat, baik dalam jumlah maupun perangkat. Namun Bin Ziyad tak kurang akal untuk membakar semangat pasukannya. Ia lalu meminta anak buahnya...membakar seluruh armada kapal yang membawa mereka ke Gibraltar. Harapannya : Tanpa kapal, maka tak ada lagi jalan mundur, apalagi menyerah. Inilah sebagian pidato Bin Ziyad di hadapan anak-buahnya yang ternganga :

"Wahai saudaraku, lautan yang ganas ada di belakang kita, musuh yang gigih membela rumahnya ada di depan sana. Kemana lagi kita akan lari ? Pilihan kita hanya dua : menaklukkan mereka lalu tinggal di sini, atau binasa dalam sia-sia !Kita tak punya apa-apa, hanya bisa mengharapkan integritas, kesabaran dan keberanian kita sendiri. Tapi kalau kita saling percaya dan saling menjaga, percayalah, sesungguhnya Allah akan menjadi penolong utama kita."

Demikianlah, meski susah payah, mereka menang. Kemenangan yang serupa terjadi lagi 800 tahun kemudian.

Veracruz, tahun 1519. [caption id="" align="alignleft" width="189" caption="Hernando Cortes"]

[/caption] Hernando Cortes, seorang kapten ekspedisi dari Spanyol, mendaratkan armada kapalnya di dataran Meksiko, sebuah negeri yang menjadi harapannya untuk menemukan daerah baru. Namun ketakutan segera menyempitkan hati mereka, karena melihat kekuatan tuan rumah yang begitu besar, juga karena kerajaan Aztec yang begitu perkasa. Namun Cortes tidak ingin rasa takut itu menang. Sebagaimana Bin Ziyad, iapun memerintahkan penghancuran seluruh armada kapalnya, sehingga tak ada lagi jalan untuk melarikan diri. Saudaraku, mereka akhirnya juga mendapat kemenangan. Pasukan Cortes menang karena puasa mereka berhasil, yaitu : Mendahulukan tujuan jangka panjang di atas kesementaraan. Pasukan Bin Ziyad pun menang berkat sebuah puasa, yaitu : Mematikan kepentingan individual demi kepentingan yang lebih besar. Bahkan salmon yang akhirnya terbunuh itupun pada hakikatnya menang, karena puasa mereka, yaitu kehendak untuk memperbarui diri itu berbuah. Benih regenerasi mereka disambut di hulu, bahkan kisah hidup mereka diperagakan lagi dan lagi. Ketahuilah saudaraku, ketika sebuah kisah selalu di-replay, sesungguhnya sang bintang yang dikisahkan itu tidak mati. Ia hidup di Alam Keabadian.

Siapapun akan menjadi pemenang, asalkan ia mematuhi hukum Alam yang fitri.

Kemenangan bisa dimulai dari kegigihan untuk melampaui diri.

Kemenangan semakin besar ketika ada dorongan untuk memperbarui diri.

Dan ketika fitrah melampaui diri bertemu dengan fitrah memperbarui diri, yang terjadi adalah fitrah berikutnya,

yaitu kelahiran kembali.

Betapa sempurna pengalamanmu tentang kegigihan, pembaruan dan kelahiran ini, saudaraku. Sebab sejak semula engkau adalah seorang pemenang yang telah berhasil melalui serangkaian ujian mendebarkan dalam rahim ibumu. Engkau hanya perlu me-replay kembali semua itu :

Engkau hanya perlu mengulangi perjuangan itu sekali lagi, sehingga engkau bisa mengenang kembali perasaan menjadi pemenang itu.

Engkau ulangi puasa dan kegigihanmu itu lagi dan lagi, sehingga perasaan pemenang dan berharga itu makin melekat, bahkan melanggeng dalam dirimu.

Kelak ketika puasa-yang-mengalami-perluasan ini menjadi ritual sepanjang hidupmu, maka tak ada lagi ruang untuk perasaan menua, meletih dan pesimistik.

Hingga selamanya engkau menjadi pemenang. [*]

*********

Sumber gambar : Salmon : nationalgeographic.com, Thariq bin Ziyad : kolom-biografi.blogspot.com, Hernando Cortes : education.kings.edu, Kapal : hbis.wordpress.com
(Artikel ini dimuat di majalah Karsa edisi September 2011)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun