"Jika kau ingin membuat pai apel, bahan pertama yang harus kau temukan adalah ... Alam Semesta" , kata seorang kosmolog bernama Carl Sagan *).
*
*
Sungguh, Carl Sagan tidak mengada-ada !
Bahan dasar buah apel yang terdiri dari atom-atom itu memang berasal dari Jagat Raya. Dimulai dari sebuah ledakan besar (Big Bang) yang memuntahkan partikel ringan seperti hidrogen dan helium, hingga ledakan-ledakan berikutnya yang menebarkan partikel-partikel yang lebih berat. Debu-debu partikel itu lalu saling menggumpal, memadat, hingga akhirnya menyatu untuk menjadi cikal-bakal bintang-bintang.
Jagat Raya kita yang masih belia itu lalu semarak oleh kesibukan. Sejumlah bintang menyelenggarakan semacam dapur raksasa, dimana hidrogen dan helium 'dimasak' secara nukleosintesa menjadi karbon, nitrogen, oksigen dan sebagainya. Setiap bintang berpartisipasi sesuai dengan kapasitasnya; tak ada yang terlalu tua untuk berkontribusi. Bahkan dibandingkan dengan mahluk lain yang menyurut saat usianya lanjut, para bintang senior itu justru memiliki keleluasaan lebih besar berkat  jaringan interstellarnya **).
*
Lalu apa yang terjadi ketika bintang mati ?
Bagi para bintang, mati tidaklah identik dengan kesempitan. Mati bahkan merupakan kesempatan emas, dimana seluruh karya yang telah diupayakan sepanjang hidup itu siap disumbangkan sebagai bagian dari benih yang akan melahirkan bintang-bintang berikutnya ***). Itu sebabnya kematian para bintang tua ini 'dirayakan dengan kehebohan', bahkan diiringi ledakan yang me-release atom-atom segar atau partikel-partikel jenis baru ! (Dengan alat yang peka, pertunjukan 'kehebohan' tersebut masih bisa disaksikan oleh manusia hingga ribuan tahun kemudian).
*
[caption id="attachment_147240" align="aligncenter" width="530" caption="Tahun 1054, seorang astronomer China menemukan sisa-sisa bintang di konstelasi Taurus, yang terletak 6500 tahun cahaya dari Bumi ini. Begitu terang cahaya ledakannya, hingga terlihat dengan mata telanjang di siang hari selama beberapa minggu. Ledakannya menjangkau jarak 3 juta mil setiap jam, dengan pancaran sekuat 100.000 Matahari. Berbagai warna yang tampak itu menunjukkan sejumlah unsur kimia yang dilontarkannya, meliputi hidrogen (jingga), nitrogen (merah), belerang (pink), dan oksigen (hijau). Crab Nebula ini memulai hidupnya dengan massa 10 kali lipat dari Matahari kita. Hidupnya berakhir sebagai Supernova pada tanggal 4 Juli 1054. "][/caption]
*
Sampai di sini, masih belum terlihat tanda-tanda perjumpaan kita dengan pai apel, saudara-saudara. Kita masih harus melanjutkan pengamatan kita terhadap peristiwa yang akan terjadi selama sekian belas milyar tahun berikutnya. Namun kita akan segera menyaksikan, betapa besar peran bintang dalam menyelenggarakan kehidupan. Dan betapa halusnya berbagai jalinan yang terbentuk di antara siklus kehidupan bintang, siklus kehidupan mahluk super kecil, siklus tumbuhan, juga manusia.
*
Jadi mari kita kembali ke soal apel itu lagi. Karena ketika sudah menyangkut apel, Jagat Raya belia kita itu ternyata memerlukan ...besi. Mengapa ?
Adalah besi yang merupakan salah satu elemen penting untuk menyiapkan wadah yang solid untuk ditanami tumbuhan, dimana di atasnya pohon apel akan ditegakkan.
Dan tahu tidak ? Di antara semua wadah-padat-mengandung-besi -yang disebut planet- tersebut, hanya ada satu yang cocok untuk menjadi tempat memelihara kehidupan. Namanya Bumi.
(Ya, Bumi memang terlahir sejak ada supernova yang meledakkan partikel besi ke angkasa ! Partikel besi yang sama jugalah yang kelak mengaliri pembuluh darah kita ...)
*
Saudara-saudara, perjalanan kita sudah semakin dekat.
Kita sudah sampai pada sebuah tempat yang layak untuk dijadikan rumah, meski saat itu kehidupan belum dimulai. Sekian bintang telah mati untuk menghadirkan Bumi, malah masih diperlukan sekian kematian (bintang) lagi untuk mendatangkan hujan asam amino - yang merupakan bahan dasar protein dan DNA. Bahkan gunung di Bumi pun harus diledakkan juga, karena debu-debu belerangnya sangat membantu menyempurnakan semua proses kimiawi tersebut.
Dan ketika akhirnya kawasan darat, perairan dan atmosfer Bumi mencapai keselarasan kimiawi, saat itulah kelahiran mahluk-mahluk hidup dimulai. Salah satunya adalah ...tentu saja pohon apel !
*
*
Betapa jauh jalan yang telah ditempuh untuk sampai pada sebuah apel !
Apel ternyata adalah salah satu pengembara yang melintasi ruang angkasa itu. Lihatlah, betapa mudahnya kita 'tertipu' oleh sosoknya yang imut, mengkilap dan menggiurkan ? Padahal di baliknya tersembunyi debu-debu bintang dengan riwayat ledakannya yang 'mengerikan'. Siapa sangka bahwa perannya sebagai salah satu pemelihara kehidupan itu juga disokong oleh kisah pengorbanan dan kematian ?
*
Pengembaraan apel sesungguhnya jauh lebih panjang dari itu.
Sebuah berita klasik menyatakan, bahwa pada suatu masa, di sebuah tempat bernama Surga, terdapat 'konspirasi' yang melibatkan apel dan sepasang manusia, yaitu ayah Adam dan bunda Hawa. Sejak itu, mereka 'dipaksa' menjalani serangkaian hijrah atau migrasi ke Bumi.
Dan sebagaimana sejarah partikel yang dimulai sejak mereka meninggalkan bintang hingga menjadi unsur penumbuh kehidupan Bumi,
sejarah pasangan Adam-Hawa itupun dimulai sejak mereka meninggalkan Surga hingga menjadi misionari****) pertama di muka Bumi.
*
Kini, terlihatkah oleh kalian pesan apa yang tersembunyi di balik 'konspirasi' tersebut ?
Migrasi yang dialami oleh apel maupun pasangan Adam-Hawa itu ternyata diilhami oleh debu-debu bintang yang menjadi penyusun tubuh mereka sendiri ! Â Bukan kehidupan pribadi yang menjadi pilihan mereka, melainkan kehidupan Semesta. Bukan pula kemegahan yang mereka buru, melainkan pengalaman menyatu.
*
*
*
*
Tanya :
"Tapi bukankah Adam dan Hawa ada di Bumi karena makan buah apel, buah keabadian yang terlarang itu?"
Jawab :
"Ah kamu ! Dalam bentangan time-frame keabadian yang tidak linear, bagaimana kamu bisa tahu mana yang sebelum dan mana yang sesudah ? Bagaimana kamu bisa tahu atas-bawah dan kiri-kanannya langit ?"
"Adalah rencanaNya untuk menaruh Adam dan Hawa sebagai misionari Bumi yang pertama. Dan setiap kandidat misionari diharuskan mengembara -hingga ke pelosok-pelosok yang 'tak berbintang'-Â demi meniti jalan keabadiannya sendiri"
*
[caption id="attachment_147244" align="aligncenter" width="470" caption="Seandainya ada pemimpin yang bermigrasi sebagaimana dicontohkan para bintang, menjadi misionari tanpa pamrih yang memuliakan rakyat di pelosok-pelosok negeri, takkan ada migran-migran kita yang merendahkan dirinya di negeri orang seperti ini."][/caption]
*
Sekian dulu liputan tak jelas ini, saudara-saudara. ^_^
Selamat menikmati sajian pai apel teraneh yang dibuat berdasarkan resep Carl Sagan yang konyol itu.
*
Catatan : *) Carl Edward Sagan, seorang astronomer, pakar astrofisika, kosmolog, dan penulis yang menerbitkan lebih dari 600 artikel ilmiah dan 20 buku. **) Interstellar : interaksi di antara bintang ***) Mati demi proses regenerasi ini juga dikenal di kalangan hewan, misalnya salmon.  http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/18/hanya-pejuang-yang-hidup-abadi/ ****) Misionari adalah 'duta Allah' yang memilih untuk mendampingi dan hidup bersama orang-orang yang 'kurang tersentuh oleh cahaya'. Jelas ada unsur migrasi dalam misionari, sedikitnya migrasi fisik. Tapi secara batin, orang yang menyerahkan dirinya demi kepentingan yang lebih besar adalah pelaku hijrah. *****) A-Ha Fans Club : Adam-Hawa Fans Club  ^_^  (I made it up :-)) Tulisan ini dipersembahkan untuk rekan-rekan misionari di Aceh, di Kalimantan, dan di sudut-sudut manapun yang selama ini tak terjamah. Memasuki tahun Hijriah baru ini, semoga bintang kalian makin bersinar ! ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H