Suatu hari, sebuah kota Aksehir di Turki kedatangan tamu-tamu terpelajar dari luar-negeri. Sayangnya, tamu-tamu asing itu tidak ada yang bisa berbahasa Turki, dan orang-orang Turki di Aksehir juga tak ada yang bisa berbahasa asing. Untungnya, setiap masalah selalu mengingatkan warga lokal pada seseorang yang dianggap tahu banyak hal, yaitu Abunawas. Jika sang tamu dan Abunawas sama-sama terpelajar, mestinya tak masalah jika mereka harus berkomunikasi dalam bahasa isyarat, bukan ?
*
Inilah yang kemudian terjadi di antara Abunawas dan Lex, salah seorang tamu terpelajar itu :
Dengan menggunakan tongkat, Lex memulai 'percakapannya' dengan menggambar sebuah lingkaran di tanah.
Abunawas lalu mengambil tongkat tersebut, dan 'menjawab' dengan sebuah goresan panjang yang membagi lingkaran tersebut menjadi dua.
Lex lalu merebut tongkat tersebut. Ia membuat goresan panjang yang sama dengan buatan Abunawas, hingga kini lingkaran itu terbelah menjadi empat bagian. Sesudah itu ia menunjuk tiga dari empat belahan itu dengan tongkatnya, lalu membuat gerakan menggelitik kecil dengan jari-jarinya. (Kau bisa membayangkan gerakan jari itu seperti tangan yang sedang main piano ;-))
Abunawas tak mau kalah. Ia kemudian membuat gerakan melingkar dengan tangannya, namun kali ini di udara. Ia memulainya dengan lingkaran bagian bawah, dan menyelesaikan lingkaran tersebut dengan tangan terkepal di atas.
Melihat itu, Lex lalu menjatuhkan tongkatnya. Ia menyatukan ke dua tangannya, membentuk wadah dengan ke dua tangan tersebut, atau tepatnya... membuat semacam mangkok yang menghadap ke atas. Tapi jari-jarinya ia getarkan.
Abunawas menanggapinya dengan membentuk mangkok yang sama, namun kali ini telapak tangannya menghadap ke bawah. Jari-jarinya juga digetarkan.
*
Apa arti semua isyarat aneh tersebut ? Inilah yang dijelaskan Lex pada teman-teman seperjalanannya :
"Abunawas itu orang yang sangat terpelajar !
Aku bilang padanya bahwa Bumi itu bulat, dan ia mengingatkanku akan adanya garis equator yang membelah Bumi.
Aku bilang padanya bahwa tiga perempat bagian dari Bumi adalah air, sisanya daratan. Dan ia menambahkan bahwa arus di laut dan angin di darat itu menggerakkan sesuatu dari Bumi ke langit.
Aku bilang bahwa yang naik ke langit itu adalah air yang terpanaskan hingga menjadi uap, persis seperti uap yang kita dapat ketika memasak air. Dan kau tahu apa yang dikatakannya ? Ia bilang padaku bahwa uap di langit itu akan mendingin dan diturunkan lagi ke Bumi sebagai hujan !
Benar-benar hebat orang Aksehir itu !"
*
Sementara itu, Abunawas pun sedang dikerubuti teman-temannya yang juga ingin tahu pembicaraan apa yang telah terjadi antara Abunawas dengan tamunya :
"Orang asing itu seleranya bagus !
Dia berharap di sini ada  baklava (sejenis pie Turki) yang utuh dan besar, aku bilang padanya bahwa aku baru membeli setengah loyang. Jadi kurasa pasti masih ada setengah loyang lagi.
Diabilang bahwa baklava tersebut pemanisnya harus terdiri dari 3 bagian gula palem dan 1 bagian madu. Aku setuju, malah kutambahkan bahwa semuanya harus dicampur dengan baik.
Dia juga bilang bahwa kesempurnaan baklava itu terletak pada penggunaan api kecil yang benar-benar rata panasnya. Dan aku menambahkan, bahwa taburan kacang cincang di atas kue itu akan membuatnya lebih sempurna lagi !"
Dikutip dan sedikit di-improvisasi dari www.readliterature.com. Judul asli dari web tersebut adalah 'Scientific Meeting'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H