Mohon tunggu...
Tuty Yosenda
Tuty Yosenda Mohon Tunggu... profesional -

hanya perempuan kebanyakan dengan cita-cita 'kebanyakan' ;-) , yaitu jadi penonton, pemain, penutur, wasit, sekaligus ... penghibur. (^_^) \r\n\r\nblog personal saya adalah yosendascope.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Semua Itu Gara-gara Sebuah Botol! *)

31 Mei 2011   13:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:01 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebuah botol terdampar di pantai Negeri Pasir; seseorang menyambutnya dengan gembira

Isinya hanyalah serbuk salju yang mudah mencair, tapi jejak sejuknya tinggal lama di hati Dhara.

Pesanku ternyata telah sampai pada seseorang di Negeri Salju, pikir Dhara.

Siapapun dia, aku akan mengisahkan keindahan negeriku padanya

Botol itu lalu diisinya dengan segenggam pasir dari halaman

dan dititipkannya tanda persahabatan itu pada Lautan


Berdebar-debar Kanko melihat botol itu kembali lagi, apakah isinya ?

Bukan lagi butiran saljunya ternyata, tapi serbuk keemasan yang mempesona

Matanya berkeliling mencari sesuatu yang menarik sebagai balasannya

Helai-helai daun pinus yang mirip jarum itu mungkin jawabannya.



Lama berselang, botol itu datang lagi dengan kabar gembira untuk Dhara

Dari Negeri Salju lagi, siapakah gerangan pengirimnya ?

Aku ingin mengenalnya, aku ingin berjumpa dengannya

Lalu Dhara menjadikan jarum-jarum cantik itu sebagai hiasan kepala


Sejak itu sang botol sering berkelana di antara Negeri Salju dan Negeri Pasir

Hanya sedikit muatannya, namun di dalamnya ada kehangatan mengalir

Nilai suvenirnya tak seberapa, persahabatan itulah yang berharga

Duniapun semakin terasa lega sejak mereka saling berbagi mata

Dhara: "Wahai temanku dari Negeri Salju, melalui Lautan aku dipertemukan denganmu

Tapi apakah Lautan ini juga akan menjadi penghalang kita selamanya ?"

Kanko : "Wahai sahabatku dari Negeri Pasir, hanya satu cara untuk mencari tahu

Mati karena memburu jawabannya lebih kusuka, daripada hidup dalam pertanyaan hampa"


Maka pada hari yang disepakati, Dhara berdiri tegak di tepian Samudera

Jauh di sana, seorang sahabat juga sedang meneguhkan hatinya

Terima kasihku padamu negeriku yang indah, tapi aku harus pergi

Tak tahu apa yang akan menimpaku, tak tahu apakah aku akan kembali

Namun di sana seorang sahabat telah menjadi cerminku

Dan aku harus menemuinya untuk mengetahui siapa diriku

------------------------------


Hamparan laut itu menakutkan, tapi tidak bagi mereka yang dilanda kerinduan

Tak ada ruang untuk rasa gamang, tak boleh mundur di hadapan kegelapan

Semoga langkah kecilku makin mendekatkan, semoga tekad kami melunakkan hati sang Lautan !

Namun berbagai cindera mata yang pernah menyatukan mereka itu mulai berhamburan

Tubuh merekapun berhamburan, bagai kapas kering yang dihempas topan !

=======================

Wahai Lautan, mengapa engkau tidak bermurah hati pada mereka yang gagah berani ?

Mengapa engkau tidak mengijinkan mereka berjumpa di titik yang mereka sepakati ?


Lautan:

Sesungguhnya  aku tidak mengambil, aku hanya tidak suka memberikan yang kecil

Kepada mereka yang menyerahkan dirinya pada yang besar, aku selalu berujar :

"Karena engkau memberikan dirimu, maka aku akan menjadi perluasanmu !"



Catatan: Lautan adalah simbol rumah asal, rumah bersama segala hal.

Barang siapa berani melepaskan identitas lokalnya (baca : ego), pasti akan menemukan identitas universalnya. Demikian pula Dhara (artinya Bumi, Sanskrit) dan Kanko (artinya Air, Hungaria).

*) Sebuah penafsiran suka-suka atas sebuah film pendek dari Vimeo ;-)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun