Sebuah botol terdampar di pantai Negeri Pasir; seseorang menyambutnya dengan gembira
Isinya hanyalah serbuk salju yang mudah mencair, tapi jejak sejuknya tinggal lama di hati Dhara.
Pesanku ternyata telah sampai pada seseorang di Negeri Salju, pikir Dhara.Siapapun dia, aku akan mengisahkan keindahan negeriku padanya
Botol itu lalu diisinya dengan segenggam pasir dari halaman
dan dititipkannya tanda persahabatan itu pada Lautan
Berdebar-debar Kanko melihat botol itu kembali lagi, apakah isinya ?
Bukan lagi butiran saljunya ternyata, tapi serbuk keemasan yang mempesona
Matanya berkeliling mencari sesuatu yang menarik sebagai balasannya
Helai-helai daun pinus yang mirip jarum itu mungkin jawabannya.
Lama berselang, botol itu datang lagi dengan kabar gembira untuk DharaDari Negeri Salju lagi, siapakah gerangan pengirimnya ?
Aku ingin mengenalnya, aku ingin berjumpa dengannya
Lalu Dhara menjadikan jarum-jarum cantik itu sebagai hiasan kepala
Sejak itu sang botol sering berkelana di antara Negeri Salju dan Negeri Pasir
Hanya sedikit muatannya, namun di dalamnya ada kehangatan mengalir
Nilai suvenirnya tak seberapa, persahabatan itulah yang berharga
Duniapun semakin terasa lega sejak mereka saling berbagi mata
Dhara: "Wahai temanku dari Negeri Salju, melalui Lautan aku dipertemukan denganmuTapi apakah Lautan ini juga akan menjadi penghalang kita selamanya ?"
Kanko : "Wahai sahabatku dari Negeri Pasir, hanya satu cara untuk mencari tahu
Mati karena memburu jawabannya lebih kusuka, daripada hidup dalam pertanyaan hampa"
Maka pada hari yang disepakati, Dhara berdiri tegak di tepian Samudera
Jauh di sana, seorang sahabat juga sedang meneguhkan hatinya
Terima kasihku padamu negeriku yang indah, tapi aku harus pergi
Tak tahu apa yang akan menimpaku, tak tahu apakah aku akan kembali
Namun di sana seorang sahabat telah menjadi cerminku
Dan aku harus menemuinya untuk mengetahui siapa diriku
------------------------------
Hamparan laut itu menakutkan, tapi tidak bagi mereka yang dilanda kerinduan
Tak ada ruang untuk rasa gamang, tak boleh mundur di hadapan kegelapan
Semoga langkah kecilku makin mendekatkan, semoga tekad kami melunakkan hati sang Lautan !
Namun berbagai cindera mata yang pernah menyatukan mereka itu mulai berhamburan
Tubuh merekapun berhamburan, bagai kapas kering yang dihempas topan !
=======================
Wahai Lautan, mengapa engkau tidak bermurah hati pada mereka yang gagah berani ?
Mengapa engkau tidak mengijinkan mereka berjumpa di titik yang mereka sepakati ?
Lautan:Sesungguhnya aku tidak mengambil, aku hanya tidak suka memberikan yang kecil
Kepada mereka yang menyerahkan dirinya pada yang besar, aku selalu berujar :
"Karena engkau memberikan dirimu, maka aku akan menjadi perluasanmu !"
Catatan: Lautan adalah simbol rumah asal, rumah bersama segala hal.
Barang siapa berani melepaskan identitas lokalnya (baca : ego), pasti akan menemukan identitas universalnya. Demikian pula Dhara (artinya Bumi, Sanskrit) dan Kanko (artinya Air, Hungaria).
*) Sebuah penafsiran suka-suka atas sebuah film pendek dari Vimeo ;-)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H