Mohon tunggu...
M. A. Octaviani
M. A. Octaviani Mohon Tunggu... -

Student of Sampoerna Academy. Part of Hornbill House.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bedah Novel "Pulang" Karya Tere Liye

24 Februari 2018   18:15 Diperbarui: 24 Februari 2018   18:31 26643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pulang" novel karya TERE LIYE ini bertemakan tentang perjuangan perjalanan pulang seorang Bujang, tokoh utama dalam novel ini memegang kendali yang berperan besar dalam bidang shadow economy (ekonomi bayangan atau biasa disebut usaha gelap/ilegal). Disaat yang sama pula, Ia melewati banyak rintangan dengan apa yang Dia hadapi tetapi juga bukan karena tercermin oleh lingkungan yang membesarkannya. Selama 3000 hari lamanya belajar memahami bagaimana menjadi seorang yang taat akan agama yang bisa mengalahkan ego sendiri. Selama itu pula, terjadilah pertarungan panjang untuk melepaskan pelukan erat antara kebencian dan rasa sakit. Disaat itulah Bujang kembali pulang pada Mamaknya, pada kampung halamannya, dan dari mana ia berasal.

Banyak tokoh penyusun cerita yang membawa novel menjadi satu kesatuan cerita yang utuh, menggambarkan dengan baik karena didukung dengan watak yang diberikan penulis sendiri. Berikut tokoh-tokoh beserta penokohan yang disebutkan dalam novel:

Bujang (Si Babi Hutan, Agam) sebagai tokoh utama, diceritakan dalam novel Si Babi Hutan tak punya rasa takut, mandiri, serta pemberani. Berikut kutipan yang dapat diambil.

" Aku tidak takut. Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik, dan kemarahan, aku hanya memiliki empat. Aku tidak punya rasa takut." (Bab 1, Hlmn.1)

Samad sebagai Bapak dari Bujang. Sifatnya keras, keras kepala, dan pemberani.

"Aku tidak terlalu dekat dengan Bapak, dia bahkan selalu keras mendidikku. Bapak sering memukulku jika aku melanggar peraturannya, apalagi saat mengetahui bahwa aku belajar mengaji pada Mamak, ilmu agama dari Tuanku Imam. " (Bab 15, Hlmn. 240)

Midah sebagai Mamak Bujang dengan sifat penuh kasih sayang dan taat agama.

"...menyuruhku berhati-hati saat mengambil kayu bakar. Wajah Mamak yang lembut mengajariku membaca, menulis, dan berhitung."  (Bab 12, Hlmn. 193)

"Aku tergugu, ingat dulu Mamak sering mengajariku mengaji, juga mengajariku mengumandangkan adzan. Meski aku tidak pernah melakukannya-" (Bab 12, Hlmn. 194)

Tauke Muda / Tauke Besar sebagai Pimpinan keluarga Tong meliki sifat keras. Tauke Besar menjadi sosok yang dihormati karena pemimpin yang adil dan bijaksana, salah satu kutipan yang dapat diambil ada pada percakapan dari Kopong kepada Bujang.

"...dia tidak akan pernah membiarkan tukang pukulnya disiksa. Dia mengirim puluhan tukang pukul ke ruko itu sebgai jawabannya. Enam aparat militer itu pun dihabisi. Tauke tidak peduli jika itu mengundang masalah dengan markas militer, dia selalu melindungi kami apa pun harganya. Tauke tidak pernah mengkhianati kesetiaan anak buahnya."  (Bab 17, Hlmn. 264)

Kopong sebagai kepala tukung pukul keluarga Tong. Kopong sangat setia kepada Bujang dan merupakan salah satu kepercayaan Tauke, bahkan hingga mati pun tetap pada pendiriannya bersama Keluarga Tong.

Banyak tokoh yang dapat dijumpai juga membuat pembaca pun dijadikan sulit karenanya, banyak dintaranya menggunakan nama yang jarang digunakan, sehingga susah pula untuk diingat. Namun, nama yang diberikan penulis memenuhi watak yang dibayangkan. Tokoh-tokoh ini mendukug jalannya cerita diantaranya Basyir yang menjadi sahabat Bujang setelah Bujang menetap di provinsi. Kemudian Mansyur, orang kepercayaan Keluarga Tong dengan posisi kepala keuangan dan logistik, tugasnya menutupi kejanggalan dari dampak aksi-aksi yang dibuat Keluarga Tong karena bisnis yang dijalankan Keluarga Tong merupakan bisnis ilegal.

Bujang besar dalam Keluarga Tong dan menjadi orang besar, dikenal dengan julukannya 'Si Babi Hutan' yang tak punya rasa takut, punya kemampuan di akademik maupun bela diri. Bujang dilatih menjadi penembak jitu dengan bantuan Salonga yang menjadi buronan saat itu. Bujang mengejar gelarnya dengan bantuan Frans si Amerika yang disisi lain menjadi penerjemah pribadi Keluarga Tong. Serta guru terakhir Bujang yakni yang menuntun Bujang untuk kembali pulang, yang menjadikan Bujang seorang samurai sejati, yaitu guru Bushi.

Ada pula yang selalu menemani Bujang di setiap aksi diantaranya White, Edwin, Joni, Yuki, Kiko, Perwez, serta tukang pukul Keluarga Tong yang tidak disebutkan namanya. Kemudian yang terakhir ada Tuanku Imam disebutkan sebagai ahli agama yang ternyata merupakan kakak tertua mamak Bujang 

Latar tempat yang terdapat dalam novel 'Pulang' ini berlokasi di pedalaman Sumatra, yakni tempat Bujang dibesarkan.

"Setelah sejenak basa-basi, kami akhirnya berangkat. Mamak berdiri di atas anak tangga bersama ibu-ibu lain, menatapku penuh rasa cemas. Aku melangkah mantap mengikuti rombongan. Mulai mendaki lereng, melewati jalanan setapak, menuju jantung rimba Sumatra." (Bab 1, Hlmn. 8)

Tak sampai dewasa, masa depan Bujang dihabiskan di Provinsi tempat Keluarga Tong bersemayam. Namun, Keluarga Tong memperluas usaha hingga berpindah markas ke tempat yang lebih penting, mereka pindah ke Ibu Kota.

"Adalah Basyir orang pertama yang kutemui saat tiba di Kota-bukan Ibu Kota ini, melainkan masih di Kota Provinsi" (Bab 4, Hlmn. 38)

Ada pula latar waktu yang digunakan, pergantian waktu yang diberikan bisa dua sampai tiga kali dalam satu bab. Waktu yang dimaksud bukan latar yang menunjukkan pergantian hari, tetapi lebih kepada pergantian tahun ke tahun menceritakan kembali ke masa remaja Bujang saat berlatih keras.

"Dua puluh tahun lalu, gerimis turun saat empat mobil jib melintasi gerbang selamat datang Kota..." (Bab 4, Hlmn. 38)

"Kembali ke hari yang menyedihkan tiga belas tahun silam, saat aku masih berumur dua puluh dua tahun. Kematian Mamak mengambil separuh semangat hidupku." (Bab 14, Hlmn. 209)

Yang menggambarkan susasana cerita dalam novel ini cenderung keras. Besar dan dilahirkan di tengah hutan lebat Sumatra menjadikan fisik Bujang kuat. Belum lagi ketika Bujang dewasa yang hidup merantau, selalu menginginkan posisi Bapaknya dulu untuk menjadi tukang pukul yang disegani. Selama dua puluh tahun lamanya Bujang hidup bersahabat dengan kekerasan dan jauh dari Tuhan. Namun Bujang selalu ingat pesan Mamak ketika Bujang meninggalkan kampung halamannya. pesan Mamak untuk tidak memakan daging babi ataupun daging anjing. Bahkan Bujang pun tidak pernah menyentuh tuak ataupun minuman alkoholnya.

"Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku disbanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak disbanding di matanya." (Cover belakang Novel)

Alur yang digunakan pada cerita selalu berjalan maju namun banyak potongan-potongan yang sengaja hilang untuk memeberikkan sensasi penasaran untuk pembaca. Untuk menghadirkan potongan-potongan yang hilang itu banyak sekali kejadian mengulang ke masa lampau, dengan begitu cerita berjalan sesuai seperti yang diharapkan penulis. Dengan menggunakan alur campuran, novel ini mengajak pembaca fokus untuk masuk ke dalam cerita. Penulis menggunakan simbol tiga bintang (***) saat membatasi lingkup waku yang diberikan, seperti dalam contoh: (Bab1, Hlmn. 1-2)

potongan cerita
potongan cerita
Sudut pandang yang digunakan adalah aku, sudut pandang orang pertama. Aku dalam novel ini mewakili Bujang atau dalam cerita dikenal juga sebagai si Babi Hutan.

Latar Belakang Penulis

 "Tere Liye" bukanlah nama asli pengarang novel popular yang kita kenal, melainkan Darwis. Pemilik nama Darwis ini lahir di pedalaman Sumatra, berasal dari keluarga petani, juga seorang ayah dari Abdullah Pasai. Riwayat pendidikannya sendiri tidak jauh dari tempat beliau dibesarkan  antara lain, SDN 2 Kikim Timur Sumatera Selatan, SMPN 2 Kikim Timur Sumsel, SMUN 9 Bandar Lampung, serta Fakultas Ekonomi UI. Profesinya sebagai penulis diakuinya hanya sebagai hobi, profesinya sampai saat ini ialah seorang akuntan. 

Tere Liye berumur 38 tahun, menjalankan kehidupan karir dan menulis. Beberapa karyanya pun sudah diangkat ke layar kaca, beberapa novel pun sudah go international. Tidak sedikit novel-novel Tere Liye diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris kemudian didistribusikan keluar Indonesia. Salah satu buku dari kesekeian karya Tere Liye ini keluar pada tahun 2015 silam. Novel "Pulang" ini keluar setelah novel series "Bulan", setelah "Bumi". 

Pemilik nama pena Tere Liye ini selalu mengungkit cerita sederhana. Tokoh utama yang ditemukan pada novel ini pula memiliki beberapa kesamaan dengan si penulis seperti besar di pedalaman Sumatra dan berasal dari keluarga sederhana. Namun cerita yang disuguhkan pada novel ini dibuat serius, dengan konflik yang dibuat bertubi-tubi tapi tetap ada jalan terbuka sebagai penyelesaian. 

Banyak yang menyukai novel karya Tere Liye ini, karena bahasa yang digunakan bahasa sehari-hari, nyaman pula untuk dibaca. Tere Liye selalu memberikan deskripsi suasana mendetail di setiap adegan, tentunya secara tertulis. Selalu ada pesan yang dapat didapat dari novel-novel Tere Liye ini, dengan pembawaan yang ringan, banyak pembaca yang menyukainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun