Mohon tunggu...
Manya Abdul
Manya Abdul Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga

Menulis tema-tema sosial meski merupakan ibu yang an-sos

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Andai Aku adalah Cita Citata

28 Maret 2021   13:51 Diperbarui: 28 Maret 2021   13:58 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andai aku adalah Cita Citata, penyanyi dangdut profesional itu, aku tentu akan bicara lebih dari secukupnya. Hari Jumat 26 Maret 2021, Cita Citata dipanggil KPK untuk memberikan keterangan sebagai saksi kasus dugaan korupsi Bantuan Sosial (Bansos) Covid-19. Ketika Cita Citata menjadi pengisi acara Kemensos di Labuan Bajo, honor yang diterimanya sebanyak Rp 150 juta diduga berasal dari korupsi bansos.

Meski belum ada pernyataan resmi yang lengkap dari pihaknya tentang honor tersebut, upaya Cita mendukung pengusutan kasus perlu diapresiasi. Ia menunjukkan tekadnya untuk bertindak aktif selagi bisa dalam memerangi korupsi. Jika tidak terbukti berkaitan dengan korupsi bansos tersebut, bisa jadi sebentar lagi Cita diangkat menjadi duta anti korupsi -- seperti duta-duta jargon lain.

"Yang mengundang adalah pihak EO. Jadi, saya tidak mengetahui siapapun, apa Bapak Juliari Batubara ini, saya juga tidak kenal sama sekali. Jadi, saya sempat bertemu dengan satu orang, namanya Pak Adi. Betul (Adi Wahyono) yang mengundang saya di EO," ucap Cita. (Sumber)

Jika aku adalah Cita Citata, momen ini akan aku jadikan sebuah titik awal bertindak aktif sebagai seniman untuk memerangi korupsi yang sedang merajalela. Bagaimana tidak, sebagai seorang yang menderita gangguan kecemasan, hal yang aku sering kutuk ketika sedang kambuh ya koruptor.

Para koruptor tentu sangat sadar bahwa kondisi ekonomi adalah suatu privilese dalam hidup. Soal pendidikan dan kerja, mereka tak usah susah. Uang bisa mengkondisikan raihan pendidikan, pekerjaan, dan keluarga mereka dengan baik.

Para koruptor mana paham problem rakyat kebanyakan apalagi orang seperti aku - yang diserang cemas dan menangis ketika merasa tak sanggup handle pekerjaan kantor, pekerjaan rumah, sekaligus mengasuh anak-anakku sebagai single mother. Belum lagi problem riil lain yang diderita masyarakat yang mereka curi haknya. Wajar jika para koruptor adalah golongan yang paling aku kutuk.

Sebagian besar seniman tidak punya akses terhadap isu politik praktis yang sedang berlangsung -- kecuali tiba-tiba jadi caleg. Namun kebetulan, Cita Citata punya kesempatan mengaksesnya dengan cara yang tidak diduga.

Harusnya momen ini digunakan Cita Citata untuk mengkampanyekan budaya baik memerangi korupsi, memenuhi pundi-pundi dengan uang halal. Dari 13,4 juta followers di akun media sosialnya, tentu dia akan menjadi homo homini socius sejati yang eksis dengan cara saling membangun. Kapan lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun