Mohon tunggu...
Athiya Dyah Respati
Athiya Dyah Respati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030012/UIN Sunan Kalijaga

Penikmat karya seni, budaya, dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

UMKM "Lirik Lurik", Potret Warisan Budaya Lokal dalam Era Global

23 Juni 2024   21:51 Diperbarui: 24 Juni 2024   10:59 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumentasi pribadi penulis

Proses pembuatan lurik pada zaman dahulu diawali dengan menyiapkan bahan yaitu benang (lawe). Benang ini berasal dari tumbuhan perdu dengan warna dominan hitam dan putih. Selanjutnya, benang tadi diberi warna dengan menggunakan pewarna tradisional, yaitu yang bernama Tarum) dan dari kulit batang mahoni. Hasil rendaman daun pohon Tom menghasilkan warna nila, biru tua, dan hitam, sedangkan kulit batang mahoni menghasilkan warna coklat.

Sebelum ditenun, benang dicuci berkali-kali, kemudian dipukul-pukul hingga lunak (dikemplong), setelah itu dijemur, lalu dibaluri nasi dengan menggunakan kuas yang terbuat dari sabut kelapa. Setelah bahan atau benang ini kaku, kemudian diberi warna. Setelah itu dijemur kembali dan benang siap untuk ditenun. Dahulu, alat yang digunakan untuk menenun dikenal dua macam alat, yaitu alat tenun bendho dan alat tenun gendong.

Alat tenun bendho bernama demikian karena berbentuk golok yang sering masyarakat jawa sebut dengan bendho, biasnyaa digunakan dalam posisi berdiri untuk stagen karena dapat merapatkan benang pakan. Sedangkan alat tenun gendong disebut demikian karena salah satu bagian diletakkan pada belakang pinggang, seperti digendong. Biasanya digunakan untuk membuat bahan pakaian, selendang lebar, dan kain panjang.

Kain lurik memiliki filosofis dan makna mendalam yang biasanya terletak pada motif dan warnanya. Secara keseluruhan, kain lurik menggambarkan kesederhanaan. Kain lurik adalah pesan atau petuah kehidupan yang berbentuk lambang dan simbol.Beberapa kain lurik dianggap sangat sakral karena mengandung petunjuk dan harapan. Contohnya seperti lurik Lasem yang biasa digunakan untuk acara mitoni merupakan wujud dari rajutan kasih kebahagiaan yang diharapkan bertahan lama. Lurik Liwatan yang juga biasa digunakan untuk acara mitoni atau tujuh bukanan memiliki harapan keselamatan. Terdapat juga motif Telu-pat yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I dengan perbandingan 3:4 melambangkan kehidupan dan kemakmuran karena angka tersebut dianggap keramat.

Sifat dari kain lurik murni yaitu berbahan katun dengan corak garis terkadang kotak ataupun polos.

Saat ini, lurik tidak hanya berbentuk pakaian melainkan sudah dikereasikan dalam beragam benda dan kerajinan yang berguna untuk kehidupan sehari-hari tetapi tetap memiliki nilai estetika.

sumber: dokumentasi pribadi penulis
sumber: dokumentasi pribadi penulis

Lirik Lurik by Khafa Kreatif menjadi salah satu contoh UMKM yang tetap melestarikan lurik. Lirik Lurik diprakarsai oleh seorang ibu rumah tangga bernama Santi Sudaryati (45) yang sebelumnya resign dari sebuah perusahaan obat di Indonesia demi mengurus buah hati. UMKM Lirik Lurik sudah ada sejak pertengahan 2017. Santi memilih usaha ini karena kesukaanya terhadap tenun lurik. Santi memadupadankan kesukaannya tersebut dengan hobi lain yang dimilikinya yaitu membuat kerajinan tangan sehingga melahirkan Lirik Lurik dengan sentuhan berbeda yang lebih unik dan etnik daripada barang lain.

Produk Lirik Lurik beragam bentuknya mulai dari tas, dompet, bros, sarung bantal, pouch, dan sesuai request pesanan dari pembeli. Semua produk merupakan hand made. Harga mulai dari Rp 20.000,00 hingga Rp 100.000 sesuai produk dan tempat penjualan.

sumber: dokumentasi pribadi penulis
sumber: dokumentasi pribadi penulis

sumber: dokumentasi pribadi penulis
sumber: dokumentasi pribadi penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun