Sentra produksi kelapa dunia terletak  di lima negara yakni Indonesia, Filipina, India, Sri Lanka, dan Brasil. Hal ini berkaitan dengan Indonesia yang selalu menduduki posisi teratas sebagai negara penghasil kelapa terbesar di dunia selama 5 tahun berturut-turut dari 2014-2018.Â
Melansir dari Kompas.com berdasarkan data FAO tahun 2014-2018, Indonesia merupakan negara yang mampu menghasilkan kelapa butir dengan jumlah rata-rata mencapai 18,04 juta ton.Â
Sedangkan, berdasarkan databoks 2022 Indonesia masih menempati posisi tersebut, meskipun mengalami penurunan hasil produksi menjadi 17,19 juta ton. Fakta ini juga yang membuat Indonesia menjadi produsen kelapa nomer satu di Asia Tenggara.
Kelapa di Indonesia tentu beragam pemanfaatannya. Tak hanya buah kelapa-nya saja, semua bagian dari pohon kelapa memiliki kegunaan masing-masing yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk keberlangsungan hidup.Â
Tidak salah, jika pohon kelapa disebut sebagai tanaman kehidupan atau pohon seribu manfaat. Salah satu yang dapat dimanfaatkan dari pohon kelapa yakni cairan manis yang dihasilkan dari batang atau bunga yang disebut dengan nira.
Pengolahan nira dapat menghasilkan gula kelapa. Gula kelapa sendiri telah digunakan sejak ribuan tahun. Gula kelapa adalah pemanis alami yang sering digunakan pada masakan Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Namun, seiring perkembangan zaman juga digunakan dalam masakan Eropa.
Di Indonesia, Gula kelapa disebut juga dengan gula merah atau gula jawa. Gula merah, sebutan yang di dapat dari ciri fisik gula kelapa yang berwarna coklat gelap kemerah-merahan. Sedangkan, sebutan gula jawa berasal dari pulau jawa yang menjadi sentra penghasil gula kelapa terbesar di Indonesia.Â
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta telah lama menjadi sentra gula jawa baik untuk lokal ataupun expor. Selain di dua provinsi tersebut, industri gula jawa juga berkembang di Jawa Barat dan Banten.
Gula jawa memiliki sejarah yang lebih jarang terulas daripada gula tebu, padahal banyak hal menarik yang bisa menambah insight baru. Dilansir dalam artikel karya Rizky Kusumo yang berjudul "Merebak Rasa dalam Rekam Jejak Gula Merah di Literatur Kesustraan Jawa" menjelaskan hal tidak terduga seperti jika kehidupan raja dan kawula Kesultanan Yogyakarta serta Kasunanan Surakarta sebelum Perjanjian Giyanti tahun 1755 erat kaitannya dengan gula jawa.Â