Mohon tunggu...
Athiya Dyah Respati
Athiya Dyah Respati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030012/UIN Sunan Kalijaga

Penikmat karya seni, budaya, dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

"Angguk" Tarian Penakluk Mata, Pengusir Pikiran Suntuk

18 Juni 2024   23:43 Diperbarui: 19 Juni 2024   21:00 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beragam tarian bahkan beberapa sudah terkenal hingga ke mancanegara. Semua tarian tersebut tentu memiliki ciri khas dan filosofi masing-masing, salah satunya yaitu tari Angguk. Tari angguk adalah tarian tradisional yang menjadi ciri khas dari Kulon Progo, salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tari angguk berasal dari pengembangan tari dolalak asal Purworejo sekitar tahun 1950 sehingga tarian ini pertama kali muncul di Kokap, Kulon Progo, D.I.Y. yang berbatasan langsung dengan Purworejo, Jawa Tengah. 

Tarian ini berawal dari dari nyanyian dan tarian muda-mudi yang dikombinasi dengang mengangguk-anggukan kepala sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan setelah panen padi. 

Kemudian tari angguk berkembang di kecamatan Kokap, Temon, dan Girimulyo sebagai hiburan warga pada malam hari di halaman ataupun pendopo rumah salah seorang warga yang sedang menggelar hajatan, sehingga biaya dari tari angguk ini ditanggung oleh pemilik hajatan.

Mulanya tarian ini dipentaskan oleh laki laki namun seiring perkembangan zaman tarian ini malah dipopulerkan oleh perempuan dengan sebab penonton lebih tertarik melihat tarian perempuan. Perubahan ini terjadi pada tahun 1991 di dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap.

Tari angguk berdasarkan cerita dari Serat Ambiyo Kisah Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono dengan diselipkan aspek kehidupan manusia seperti pergaulan, budi pekerti, nasihat-nasihat dan pendidikan juga terdapat kalimat-kalimat dalam kitab Tlodo (bertuliskan Arab). Pementasan tari angguk biasanya dilakukan dengan durasi 4-7 jam dimulai pukul 19.00 dan berakhir pukul 12.00 atau 20.30 hingga 01.00.

Dasar gerakan tari angguk terdiri atas dua jenis yaitu Jejeran (Ombyokan) dan Pasangan. Tari jejeran yang terdiri dari  Pembuka, Ndadi, Barat Gunung, dan Ambil Kain dilakukan bersama-sama oleh semua penari. Namun, ada juga yang hanya terdiri dari Bakti, Srokal, dan Penutup.

Berbeda dengan tari jejeran, tari pasangan dilakukan secara berpasangan antara dua, empat, hingga enam orang. Tari pasangan ini terdiri dari E Asola, Ikan Cucut, Sekar Kuning, Kapal Layar, Makan Sirih, Turi Putih, Cikalo Ado, Layung, dan masih banyak lagi.

Sumber: Dokumentasi pribadi Ariyanto
Sumber: Dokumentasi pribadi Ariyanto
Kostum penari angguk seperti kompeni Belanda berwarna hitam dengan baju lengan panjang dan celana pendek. Terdapat dekorasi rumbai-rumbai pada bagian bahu berwarna emas atau kuning kunyit terkadang juga merah serta bordiran burung, tumbuhan, dan segitiga yang saling terhubung vertikal dengan kombinasi merah,putih dan hijau. 

Kostum ini dilengkapi dengan ikat pinggang berwarna merah ataupun hitam, selendang kuning atau putih juga ada yang merah, ditambah topi atau ikat kepala, kaos kaki selutut merah , dan kacamata hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun