Mohon tunggu...
Athiya Dyah Respati
Athiya Dyah Respati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030012/UIN Sunan Kalijaga

Penikmat karya seni, budaya, dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harmoni di Balik Huru-Hara Babarsari, "Gotham City" Yogyakarta

11 Juni 2024   22:11 Diperbarui: 11 Juni 2024   22:27 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Babarsari merupakan kampung yang secara administratif, terletak di Padukuhan Tambakbayan, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I.Yogyakarta.  Kampung Babarsari terdiri dari RT 16 hingga RT 19 yang tergabung dalam RW 05. Babarsari juga nama dari jalan di daerah tersebut menerobos jembatan antara Jalan Raya Yogya dengan Jalan Raya Solo km 8. Wilayah Babarsari terkenal karena menjadi kawasan metropolitan Sleman  dengan singkatan SCBD (Senturan, Condongcatur, Babarsari, dan Demangan). Sering terjadi salah pemahaman mengenai wilayah Babarsari.

"Orang-orang apalagi pendatang sering salah kaprah, mereka mengira wilayah Kledokan termasuk ke dalam Babarsari. Jadi dalam persepsi mereka wilayah Babarsari sangat luas, bahkan Seturan juga  dikira masih menjadi wilayah Babarsari," ungkap Sukidi, Ketua RT 17 Babarsari.

Menurut data yang tertera di website Kapanewon Depok, Kledokan dan Seturan merupakan pedukuhan yang setara dengan Tambakbayan. Ini berarti Babarsari adalah wilayah yang sebenarnya lebih kecil daripada Kledokan dan Seturan.

Ketika terjadi wabah penyakit pes pada tahun 1965, Babarsari menjadi wilayah pengungsian bagi warga Wonosari, Gunung Kidul sehingga yang mulanya merupakan area persawahan, kebun bambu, hingga hutan dirubah menjadi pemukiman.

Kini, Babarsari lebih dikenal masyarakat dan warganet dengan julukan "Gotham City". Tidak ada yang mengira, jika Yogyakarta yang identik dengan comfortable area memiliki kawasan dengan julukan yang terinspirasi dari kota fiksi dengan tindak kriminal tinggi dalam serial komik atau film Batman. Julukan ini diberikan karena banyaknya kerusuhan dan kenakalan remaja yang terjadi di Babarsari serupa dengan daerah Manggarai dan Johar Baru, Jakarta.

Sumber : Youtube Kompas.com berjudul Awal Mula Kerusuhan Babarsari Yogyakarta
Sumber : Youtube Kompas.com berjudul Awal Mula Kerusuhan Babarsari Yogyakarta

Hampir setiap tahun selalu terjadi kerusuhan di Babarsari . Dimulai pada 29 Juni 2007, dua kelompok mahasiswa yang  berasal dari Kupang dan Timor Leste bentrok di sebuah kos. Lalu pada 8 Mei 2012 kericuhan melibatkan warga setempat dengan sekelompok mahasiswa asal Timor Leste bermula dari pembacokan petugas parkir Kafe Internet Illuzion yang merupakan warga lokal Babarsari oleh mahasiswa yang tidak mau membayar parkir, hingga penyerangan terhadap rumah warga Babarsari setelah  terjadi penyisiran asrama mahasiswa tersebut. Lebih parah lagi, terjadi pembobolan dan perusakan ATM depan Sekolah tinggi YKPN.

Pada 12 September 2018, kembali terjadi kerusuhan di Babarsari akibat dua kelompok massa dari Maluku dan Papua terlibat tawuran karena miras. Suasana kembali mencekam pada 5 Maret 2020, disebabkan terjadinya aksi berbalas lempar batu antara ratusan driver ojek online dengan debt collector imbas penganiayaan seorang driver ojek online oleh dua orang debt collector. Terbaru, 2 Juli 2022 sempat viral di media sosial video yang menyeret nama Babarsari. Video ini berisi penyerangan ruko yang sebetulnya terjadi di Jambusari. Keributan berawal dari oknum kelompok NTT yang tidak mau membayar karaoke.

Tidak hanya tindak kriminal, kenakalan remaja juga menjamur seiring perkembangan Babarsari yang telah menjadi pusat perekonomian. Tawuran, aksi pemalakan, mabuk akibat mengonsumsi minuman keras, penggunaan kendaraan modifikasi dan plat bodong yang tidak sesuai SNI, serta pekerja seks komersial atau pergaulan bebas.

Tentu semua tindak kriminal dan kenakalan remaja yang terjadi di Babarsari memiliki faktor-faktor penyebab. Pembangunan perguruan tinggi yang ada di Babarsari menjadi penopang utama  timbulnya faktor tersebut karena menciptakan beragam bisnis seperti tempat tinggal, tempat kuliner, tempat hiburan, dan toko-toko lainnya. Berdasarkan data dari lldikti5.id, terdapat 7 kampus yang berada di jalan Babarsari yakni Politeknik Api Yogyakarta, Universitas Proklamasi 45, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Api, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada, Akademi Pariwisata Yogyakarta, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

"Babarsari ini kan sekarang menjadi pusat kota banyak tempat kuliah berdiri disini. Oleh karena itu menjadi sentra kegiatan, ibarat ada gula pasti dikerubungin semut. Begitupun dengan Babarsari jadi banyak pendatang dengan beragam karakter dan kebiasaan yang dibawa dari daerah masing-masing. Belum lagi adanya  senior-senior atau kelompok satu daerah yang membuat mereka merasa punya backingan," imbuh Sukidi

Selaras dengan itu, menurut Robert Muggah, "Percepatan Pembangunan di satu kota yang tidak diatur sedemikian rupa bisa menciptakan efek disorganisasi dan ruang kekerasan berkembang."

Para perantau yang datang untuk melanjutkan pendidikan maupun bekerja dari berbagai daerah di Indonesia menjadikan Babarsari sebagai kawasan heterogen yang menyebabkan seringnya terjadi kerusuhan. Dikutip dari video youtube Narasi pada 5 Juli 2022 Drs Soepraopto, Sosiolog kriminalitas dosen purna UGM menyampaikan, "Karena kawasan Babarsari ini berpenduduk sangat heterogen dalam hal agama, suku bangsa, ras, dan tempat asal. Kondisi ini telah membuat kawasan ini menjadi rawan konflik."

Sedangkan kenakalan remaja terjadi, salah satunya karena terdapat fasilitas ataupun tempat-tempat yang mendukung.

"Banyaknya kafe, karaoke, dan tempat-tempat hiburan yang malah beberapa menjual minuman keras dan berpotensi menimbulkan kenakalan remaja seperti mabuk-mabukan, Sedangkan, kos-kos yang dijadikan tempat kegiatan pergaulan bebas atau hal semacamnya biasanya adalah kos maupun hotel yang jauh dari rumah warga atupun lingkungan masyarakat yang dibeli oleh investor atau orang asing sehingga kurang pengawasan. Walau, sebenarnya dari pihak masyarakat dan kepolisian selalu bekerja sama untuk patroli maupun melakukan penggerebekan di tempat ilegal semacam itu, " tutur Agus, Ketua RT 19 Babarsari.

Bagi warga lokal Babarsari, kehadiran para perantau ini sudah diterima dan dianggap biasa, bahkan warga RT 17 dan RT 19 punya cara tersendiri dalam mencegah kerusuhan dan menangani kenakalan remaja  yang dilakukan oleh perantau atau pendatang.

 "Kami memperlakukan mereka sama seperti orang lokal, mereka sudah anggap tempat ini seperti tempat asal sendiri. Jadi kami pun memperlakukan mereka sama kayak warga asli di sini. Kami mengajak mereka kerja bakti bersama dan mereka sangat antusias, tidak semua dari mereka sama seperti yang diberitakan di luar sana. Mereka juga banyak yang solidaritas. Perkara mereka suka membawa parang itu karena kebiasaan dan budaya di tempat asalnya. Biasanya, kalau kita beri nasihat mereka mau mendengarkan dan menyesuaikan diri sama kebiasaan warga lokal," ungkap Sukidi.

ilustrasi warga lokal dan perantau meski berbeda suku/ras tetap bekerja sama kerja bakti, sumber : AI microsoft designer
ilustrasi warga lokal dan perantau meski berbeda suku/ras tetap bekerja sama kerja bakti, sumber : AI microsoft designer

Ari, seorang tokoh masyarakat yang juga menjadi pemilik salah satu kos di Babarsari berpendapat, "Kalau saya sendiri, ketika menerima orang luar sebagai anak kos wajib dimintakan nomer telepon dari orang tua/wali/keluarga yang bisa dihubungi sehingga jika terjadi sesuatu bisa dilaporkan kepada keluarga yang bersangkutan. Namun itu tidak hanya untuk melakukan laporan ketika ada kenakalan remaja tetapi juga dilakukan apabila ada yang harus dihubungi ketika sakit atau terjadi kecelakaan dan kematian. Karena mereka yang mengekos di tempat saya sudah menjadi tanggung jawab saya,"

Tokoh masyarakat Babarsari mencegah terjadinya hal-hal buruk yang tidak diinginkan dengan melakukan pengarahan dan perjanjian terkait peraturan yang ada.

"Dari awal kami melakukan sosialisasi dan perjanjian terkait aturan yang ada di kampung dan membuat konsekuensi sesuai kehendak mereka masing-masing, jadi ketika melakukan kenakalan yang otomatis melanggar aturan mereka sudah paham konsekuensi. Paling buruk dari konsekuensi adalah diusir dari desa. Contoh kasus, ketika dari mereka ada yang mabuk, setelah sadar, warga lokal mendekati dengan baik-baik dan memberikan nasehat dan konsekuensi berdasarkan perjanjian yang sudah dilakukan sebelumnya. Kami memberikan kebebasan namun tetap mengekang sesuai aturan berlaku, " ujar Agus.

Adanya linmas dan polisi yang berjaga di area-area rawan menjadi upaya untuk menjaga keamanan dan kedamaian di Babarsari.

Takmir di salah satu masjid Babarsari sekaligus tokoh masyarakat bernama Hari memberitahukan, "Cara lain biasanya kami pegang ketua-ketua geng dari mereka lalu kami berteman saja, sedikit memberikan nasihat tapi yang terpenting dengan bahasa yang tidak menggurui. Ini bentuk kami menjaga kemajemukan dan keberagaman agar tetap selaras. Terpenting, kami berusaha menjadikan semua yang heterogen ini menjadi harmoni. Salah satunya dengan mengadakan kegiatan untuk mereka saling berinteraksi dan bersatu dengan kami ataupun antar suku lain seperti membuat klub bola kampung bernama Lingkup Babarsari Harmonis pada 2017, namun berhenti karena lahan yang biasa digunakan sekarang dijadikan bangunan."

ilustrasi klub sepakbola Lingkup Babarsari Harmonis, sumber : AI microsoft designer
ilustrasi klub sepakbola Lingkup Babarsari Harmonis, sumber : AI microsoft designer

Hari juga berharap supaya pemerintah bisa menciptakan wadah maupun fasilitas yang bisa membuat semua berinteraksi dengan baik dan saling menghargai sehingga tercipta Babarsari yang harmonis bukan biang dari keonaran maupun perilaku babar.

Keempat narasumber juga berpesan untuk warga khususnya para pemuda lokal, "Jangan jadikan adanya orang-orang rantau ini sebagai perpecahan dan penyebab kerusuhan, bergaul saja dengan mereka karena kita sama-sama satu bangsa. Namun tetap harus punya prinsip dan tahu cara membedakan yang salah dan benar. Nilai-nilai baik yang diajarkan keluarga dan agama diterapkan, jangan terpengaruh hal negatif. Etika jangan luntur dan pemilihan dan penggunaan kata maupun bahasa harus tepat, kelihatan kecil dan sepele namun dapat memicu perselisihan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun