Adanya linmas dan polisi yang berjaga di area-area rawan menjadi upaya untuk menjaga keamanan dan kedamaian di Babarsari.
Takmir di salah satu masjid Babarsari sekaligus tokoh masyarakat bernama Hari memberitahukan, "Cara lain biasanya kami pegang ketua-ketua geng dari mereka lalu kami berteman saja, sedikit memberikan nasihat tapi yang terpenting dengan bahasa yang tidak menggurui. Ini bentuk kami menjaga kemajemukan dan keberagaman agar tetap selaras. Terpenting, kami berusaha menjadikan semua yang heterogen ini menjadi harmoni. Salah satunya dengan mengadakan kegiatan untuk mereka saling berinteraksi dan bersatu dengan kami ataupun antar suku lain seperti membuat klub bola kampung bernama Lingkup Babarsari Harmonis pada 2017, namun berhenti karena lahan yang biasa digunakan sekarang dijadikan bangunan."
Hari juga berharap supaya pemerintah bisa menciptakan wadah maupun fasilitas yang bisa membuat semua berinteraksi dengan baik dan saling menghargai sehingga tercipta Babarsari yang harmonis bukan biang dari keonaran maupun perilaku babar.
Keempat narasumber juga berpesan untuk warga khususnya para pemuda lokal, "Jangan jadikan adanya orang-orang rantau ini sebagai perpecahan dan penyebab kerusuhan, bergaul saja dengan mereka karena kita sama-sama satu bangsa. Namun tetap harus punya prinsip dan tahu cara membedakan yang salah dan benar. Nilai-nilai baik yang diajarkan keluarga dan agama diterapkan, jangan terpengaruh hal negatif. Etika jangan luntur dan pemilihan dan penggunaan kata maupun bahasa harus tepat, kelihatan kecil dan sepele namun dapat memicu perselisihan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H