Mohon tunggu...
Tri Febriyanty Harwidyaningsih
Tri Febriyanty Harwidyaningsih Mohon Tunggu... -

try, try, and try

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Alergi Liburan?

5 Juni 2011   03:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:51 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis, 2 Juni 2011. Pukul 1 dini hari, aku terbangun dari tidur. Aku tak bisa bernapas. Efek bersin seharian kemarin. Hidungku kini tersumbat. Betul-betul tersumbat. Aku tak bisa tidur lagi. Kunyalakan televisi, untuk menemani kesendirianku. Berulang kali aku keluar masuk kamar mandi karena hidung yang tersumbat ini. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 4. Aku harus tidur! pikirku. Karena aku tak mau menghabiskan hari esok dengan tidur karena mengantuk. Banyak yang ingin kulakukan. Aku memaksa diriku untuk tidur, walau harus bernapas lewat mulut.

Aku terbangun pukul 9 pagi. Dan tidak merasa lebih baik dari tadi malam. Kuraba keningku, terasa hangat. Wah, sepertinya aku demam. Tapi, biarlah. Toh, demam itu juga ada gunanya kok, seperti yang telah kupelajari. Hari itu, aku memaksa diriku untuk tetap beraktivitas seperti biasa. Jalan-jalan ke rumah tetangga, menyiram bunga, menonton, dan lain sebagainya. Penyakit tidak boleh dimanjakan, kata orang-orang.

Jumat, 3 Juni 2011. Demamku belum juga turun. Malah lebih tinggi dari kemarin. Aku memutuskan untuk istirahat saja hari ini. Membuka-buka laptop, mencari film, menonton, online. Malamnya, aku tidur cepat, ketiduran lebih tepatnya.

Sabtu, 4 Juni 2011. Aku terbangun dengan kondisi yang lebih baik. Aku bisa merasakan kalau demamku sudah turun. Tapi, kini batuk-batuk yang datang. Setidaknya, batuk tidak akan membuatmu tidur seharian, kan. Pagi ini, sarapan yang ada hanya susu dan biskuit. Karena kemarin terkapar, tak bisa pergi berbelanja. Selesai sarapan, kunyalakan televisi, menonton berita. Tiba-tiba kurasakan sesuatu mengalir dari hidungku. Aku pikir, itu hanya mukus (baca ingus). Tapi, ternyata warnanya merah. Aku sadar, itu darah. Aku mimisan. Segera kutekan hidungku agar darah tak keluar, dan kuambil tisu, menutup lubang hidungku. Darah yang keluar tak terlalu banyak. Syukurlah. Aku pikir ini hanya efek dari demamku kemarin. Aku melanjutkan menonton tv. Tiba-tiba, handphoneku berbunyi. Tetanggaku, yang sudah seperti keluargaku.

"Mau makan nasi goreng? Datang ke rumah."

Asik, tawaran yang tak mungkin kutolak. Dengan santai, aku berjalan menuju rumah tetanggaku. Di perjalanan, tiba-tiba aku merasakannya lagi. Sesuatu mengalir dari hidungku. Ah, merah lagi. Darah. Segera kuambil tisu dari kantungku, dan kupakai untuk menutup hidungku. Kupercepat langkahku. Sampai di rumah tetanggaku, aku langsung masuk. Melihatku menutup hidung hidung dengan tisu, ia mengira aku flu. Tapi, ketika melihat darah, ia langsung kaget. Aku pun langsung menuju kamar mandi, dan membersihkan hidungku. Setelah mengatakan aku tidak apa-apa, ia lumayan tenang. Aku pun langsung menunaikan tujuanku datang ke rumah tetanggaku itu. Makan! Setelah berbincang-bincang sedikit, aku langsung pulang.

Aku mengingat kata-kata tetanggaku tadi, katanya, aku ini tidak cocok dengan liburan. Karena, sepertinya, setiap liburan, dan pulang ke kampung halaman, pasti ada-ada saja perusak kesenangan. Demam lah, pilek, batuk, pernah diare juga. Jadi, katanya, saya ini terkena alergi liburan. Haha, ada ya? Aku hanya tertawa memikirkannya.

Siang ini, 5 Juni 2011, pukul 1 siang, aku akan kembali ke rantauan. Menuntut ilmu (emang salahnya ilmu apa? sampai harus dituntut begitu, hehe) agar dapat membahagiakan kedua orang tua. Dan, alergi liburan ini tidak akan membuatku patah semangat untuk pulang kampung di saat liburan! Semangat! Merdeka! hahaha...

Parepare, 5 Juni 2011, 10.58 a.m

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun