"Lantas kenapa? Menurutmu aku juga harus melukainya balik, begitu?
Tidak, aku tak mau."
"Kenapa? Kau terlalu dibutakan, Bulan. Lihat dirimu. Kau diperlakukan seenaknya sendiri, tapi tetap memilih diam. Lelaki macam apa kau ini?"
"Aku lelaki yang mencintai Bumi. Mana mungkin aku bisa melukainya dengan sengaja walau hanya segores?
Perihal dia melukaiku sebegitu parahnya, ya itu urusan dia. Aku sebagai pecinta hanya bisa menerima. Aku cukup menerimanya saja, tanpa perlu membalasnya. Perihal balasan, aku hanya berharap dia sadar dikemudian hari. Bahwa ada aku yang selalu menjaganya, ada aku yang selalu memperindahnya dan menghiburnya di waktu tergelapnya. Ada aku yang tak pernah merendahkannya. Cukup itu saja. Dia tak perlu merasakan apa yang ku rasakan."
"Sebenarnya kau itu apa? Kenapa sebegitunya?"
"Aku Bulan. Pendamping Bumi sampai kami berdua ditakdirkan hancur dan mati."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H