Mohon tunggu...
Manuntun Ari Setiawan
Manuntun Ari Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di SMP Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung

Ekspresikan imajinasi, Jangan baper oleh persepsi ataupun opini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejak Kapan Bahasa Sunda Mengenal Undak Usuk Bahasa?

29 Juni 2023   00:30 Diperbarui: 29 Juni 2023   00:34 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat Pasundan menggunakan bahasa Sunda Buhun (bahasa kuno) dalam kehidupan sehari-harinya sejak periode Kerajaan Salakanagara yang berdiri pada tahun 52 Saka (sekitar 130/131 Masehi) sampai dengan Kerajaan Islam Banten. Bahasa Sunda Buhun ini tidak mengenal strata bahasa yang dalam istilah bahasa sunda saat ini disebut undak usuk.  Hal ini karena pola kehidupan masyarakat Sunda yang masih berpindah-pindah (nomaden) untuk mencari ladang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Ngahuma), sehingga pola kehidupan ini membentuk sistem sosial yang egaliter karena periode Ngahuma ini dilakukan secara kekeluargaan dan gotong royong yang tidak mengenal hubungan majikan dengan buruh.

Bahasa Sunda Buhun ini kemudian perlahan menggunakan undak usuk bahasa yang mengacu pada perbedaan stratifikasi sosial dan usia ketika masyarakat Sunda mulai hidup menetap dan mengubah pola Ngahuma menjadi bersawah. Undak usuk ini kemudian menerapkan penggunaannya dalam tingkatan bahasa yang halus, sedang dan kasar. Bahasa halus dan sedang digunakan oleh kalangan ningrat (menak), sedangkan bahasa kasar digunakan oleh rakyat jelata (cacah). Pada perkembangan selanjutnya, orang yang lebih muda harus menggunakan bahasa halus jika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua tanpa mengenal strata sosial. Perubahan Bahasa Sunda ini dipengaruhi pula dengan penguasaan wilayah Pasundan oleh Kerajaan Mataram pada abad ke-17 yang telah lama mengenal tingkatan bahasa atau unggah ungguh basa.

Undak usuk dalam Bahasa Sunda semakin menguat pada masa kolonialisme Belanda. Selain mengkodifikasi melalui penerbitan kamus-kamus yang menbahas Bahasa Sunda, undak usuk ini dimanfaatkan oleh pemerintah kolonialisme Belanda untuk memperkuat hegemoni feodalisme penjajah dengan kelas pribumi.

Generasi muda Sunda saat ini banyak sekali kurang mengenal bahkan tidak mengenal undak usuk bahasanya. Lalu bagaimana perkembangan selanjutnya dari Bahasa Sunda di alam milenial ini ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun