3. Merasa Perfect/Senioritas
     Gak dipungkiri bahwa masuk organisasi itu tidak lain juga adanya unsur ajang keren-kerenan.  Di mana eksistensi seseorang diakui lebih luas di mata khalayak umum. Seperti halnya rasa spesial ketika memakai baju kebanggaan organisasi, mendapatkan perhatian dan pengakuan lebih ketika sedang beraktivitas sehingga seseorang sangat senang untuk menunjukkan dirinya. Alhasil, rasa percaya diri itu tersalurkan dalam sebuah laku menarik perhatian lawan jenis. Merasa penuh kebanggaan diri yang dikemas dengan tampilan Perfect; entah saat beretorika maupun dalam bergaya. Meskipun sudah mempunyai pasangan, tak jadi rem untuk tidak bersikap demikian. Dan bertambah superioritas ketika seorang individu sudah berkecimpung lama di organisasi tersebut sehingga keinginan untuk menjadikan anggota baru sebagai targetnya dalam mencari perhatian sangatlah besar.
4. Memang dasarnya niat nyari Jodoh
     Masuk ke dalam suatu komunitas, pasti sudah dapat dibayangkan bahwa kita akan bertemu dengan banyak orang dan membangun suatu relasi. Dan organisasi dijadikan ajang peruntungan yang kemudiannya, karena sudah terbiasa dengan pola regenerasi dalam suatu komunitas. Akhirnya menciptakan ketidakpuasan terhadap pasangan sendiri karena seringnya bertemu beragam orang dengan kelebihan yang berbeda sehingga terus menimbulkan rasa penasaran dikarenakan beranggapan bahwa nanti juga akan mudah bertemu orang baru, lagi dan lagi; ditambah dengan merasa punya skill dalam berinteraksi. Sebab dipikirnya, ketika belum ingin serius dengan pasangan. Maka solusinya adalah terus mencari. Walaupun sadar bahwa tindakan kecil dalam suatu pendekatan terhadap lawan jenis adalah tindakan perselingkuhan yang terselubung halus.
     Alasan 'mencari jodoh' sering kali ditafsirkan sebagai usaha terus mencoba. Mudah membuang jika bosan, dan mencari pengganti untuk mendapatkan kesegaran. Nyatanya, tidaklah demikian bukan? Karena hubungan itu tentang belajar berkomitmen dan saling mewujudkan kebahagiaan dalam penerimaan. Bukan malah mengadopsi banyak cadangan dan dikatakan sebagai tekhnik memperbanyak cabang tapi bersikap egois dengan tetap ingin mempertahankan pusatnya. Woy, itu selingkuh namanya.
Namun, mesti diingat ya. Bahwa keempat point barusan hanya ada pada para Oknum. Ingat! Para Oknum saja. Anak organisasi sejati mana ada yang kek begituan, kan? Karena sesungguhnya, di setiap tempat pasti selalu ada kemungkinan-kemungkinan yang sama. Tidak bisa menggeneralisir seluruhnya. Meskipun terkadang kita jadi parno karena kemungkinan-kemungkinan tadi merupakan kemungkinan rata-rata. Tapi harus diingat juga, bukan berarti tidak ada sosok setia yang begitu Perfect di kehidupan nyata, bukan? Aamiin, semoga yang baca bisa mendapatkan pasangan yang bisa menghargai suatu hubungan dan tetap teguh pendiriannya. Tidak keblinger angin sepoy-sepoy yang mengaku hanya sebagai teman dekatnya saja. Hihihi.
Eitsss, yang udah gereget nih mau spill anak organisasi mana yang sering terlabel sebagai Si Tukang Selingkuh. Boleh ya, cerita di komen. Piiisss!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H