Mohon tunggu...
Kuswoyo
Kuswoyo Mohon Tunggu... Freelancer - Manunggaling Kopi Owner

Petani. Pecinta Budaya Nusantara. Peternak Burung. Bapak Satu Anak. Suami Satu Istri. Penikmat Kopi sekaligus Produsen Kopi Racikan Sendiri dengan Brand Lokal Manunggaling Kopi dengan Logo Mbah Petruk.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Animisme dan Dinamisme adalah Cikal Bakal Adab

13 Januari 2022   22:51 Diperbarui: 13 Januari 2022   23:16 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi: Patirtan Jalatunda Mojokerto, Jawa Timur/dokpri

Seperti yang saya janjikan di artikel yang saya tulis sebelumnya kali ini saya menepatiya.
Semua orang pasti pernah mendengar istilah animisme dan dinamisme, istilah tersebut baru saya kenal dan saya ketahui sejak duduk di bangku SMP (kenapa kok tidak sejak SD ya?).


Bolehkok membaca artikel ini sambil sedikit bernostalgia.


Animisme dan dinamisme adalah sebuah sistem kepercayaan masyarakat di masa pra sejarah, jadi sejak sebelum masyarakat mengenal yang namanya agama, mereka sudah memiliki kepercayaan terhadap suatu kekuatan yang ada diluar dari kuasa dirinya.

Pengertian Animisme.

Menurut Caroline Pooney dalam African Literature, Animism and Politic (2001:10), kepercayaan animisme bermula dari bahasa latin, yakni "anima" yang diartikan sebagai "roh". Jadi secara harfiah, animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap roh.

Sedangkan secara lengkap versi lain, versi Zakiah Daradjat dalam Buku Perbandingan Agama I (1996:28) menjelaskan, animisme merupakan kepercayaan pada makhluk halus dan roh sebelum manusia mendapatkan pengaruh dari ajaran yang sifatnya wahyu Tuhan.

Sampai disini bisa dipahami kan? Sebelum ada agama, masyarakat atau manusia sejak jaman dahulu sudah menyadari dan meyakini akan adanya kekuatan diluar dirinya dan pastinya mereka meyakini tersebut bukan karena tanpa sebab, pasti ada sebab musababnya saat itu, pasti. Sayapun yakin kok, jika anda tidak mengalaminya sendiri apa bisa anda meyakini.

Cukup berhenti disini, saya tidak mau dan tidak berkeinginan membahas soal keyakinan dan melebar terlalu jauh, di Negara ini masih krisis kesadaran. Dimana-mana sudah digaungkan terkait toleransi namun faktanya masih ada saja yang fanatik dan bersikukuh menganggap dirinya dan kepercayaan serta keyakinanyalah yang paling benar, yang lain salah semua, tak ada yang benar memang bertemu dengan orang Fanatik.

Seiring perjalanan waktu, entah karena cara penyampaian yang salah atau memang karena pelajaran Sejarah yang memang kurang memiliki daya tarik di bangku sekolah, definisi animisme bergeser dari yang semestinya. Animisme dianggap sebuah kesesatan. Animisme dicap sebuah kebodohan, sebuah kedunguan. 

Bagimana tidak? Coba sekarang anda fikirkan, apa yang terintas dibenak anda saat mendengar kata animisme? Menyembah pohon? Menyembah kuburan? Ritual memuja setan? Jin? Roh halus? Memberi makan setan dengan sesaji, menyan atau dupa bunga dll? Ya tidak?. 


Dan yang parah lagi muncul justifikasi dari beberapa insan intoleran yang mengatakan bahwa jika ritual semacam itu tidak dilakukan maka akan mengundang amarah penunggunya lalu terjadi bencana karena perbuatan tersebut mengundang murka Tuhan (Tuhan yang versi mereka).

Sepertinya pemahaman akan arti Animisme perlu dibabarkan ulang dan harus dikupas sejelas-jelasnya hingga bertemu kata "Paham" untuk semuanya. 

Jadi Animisme adalah suatu kepercayaan yang meyakini adanya kekuatan yang eksis dan hidup di balik semua benda yang ada disekitar manusia dan juga merupakan buah pemikiran yang sangat tua atau sumber cikal bakal dari lahirnya seluruh agama yang saat ini ada.
Animisme juga merupakan wawasan mengenai alam semesta yang diyakini tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi makhluk hidup yang hanya nampak oleh mata saja tetapi juga terdapa roh yang hidup berdampingan dengan manusia.

Sampai sini paham kan tentang apa yang dimaksud dengan animisme?

Lanjut ke Pengertian Dinamisme.

Berlainan dengan animisme, dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yakni "dunamos" yang berarti kekuatan. Maka dari itu, dinamisme didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang meyakini pada suatu benda memiliki kekuatan yang dimana kekuatan tersebut diluar dari kapasitas yang dimiliki manusia pada umumnya. Benda tersebut bukan hanya berkekuatan, melainkan juga memancarkan energi atau kekuatanya yang bisa membantu atau men-support manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.


Di zaman pra sejarah, banyak orang menggantungkan hidupnya pada benda-benda yang mereka yakini memiliki kekuatan seperti api, batu, air, tanah bahkan pohon. Dinamisme masih eksis sampai saat ini. Kita dapat melihat, saat ini masih banyak orang percaya batu cincin ataupun benda jimat lainnya dapat memberi berbagai khasiat, mulai dari kekebalan, kegagahan, hingga daya tarik kerejekian.


Dan lagi-lagi dinamisme inipun juga tak luput dari penilaian negatif oleh penganut kepercayaan lain, mereka menganggap pelaku dinamisme ini menyekutukan Tuhan (Tuhan versi mereka). Padahal seseorang yang memiliki keyakinan pada hal tersebut (jimat, benda bertuah dsb.) itu tidak hanya mempercayai adanya kekuatan dari suatu benda tersebut saja loh, melainkan juga percaya akan adanya Sang Pencipta Kekuatan yang Maha Kuat dibalik Kekuatan yang melekat dari benda tersebut.


Terkadang saya merasa sesak di dada, kenapa di Nusantara yang majemuk, kaya budaya dan beraneka tradisi ini, antara satu sama lain masih saling ada saja yang menyalahkan, seolah seperti ada keinginan untuk menang sendiri. Apakah memang ajaran yang mereka yakini memang mengajarkan sepert itu?. Kita di Indonesia sudah memiliki kepercayaan dan keyakinan seperti ini terlebih dahulu sebelum kepercayaan dan keyakinan yang kalian sebut dengan Agama itu ada dan masuk ke Nusantara ini.

Sekedar meluaskan pandangan saja nih ya di akhir artikel saya ini, di jaman sekarang ini ritual yang dilakukan oleh "penghayat keyakinan leluhur" kerap kali dinilai negatif kan oleh beberapa kalangan penganut kepercayaan lain. 

Sekarang bayangkan saja, cukup bayangkan. Apabila tanpa adanya animisme dan dinamisme, tanpa ritual di tempat yang dikeramatkan seperti pohon, sendang atau sumber mata air, pasti sudah rusak oleh keserakahan manusia demi keuntungan dirinya sediri.
Lingkungan jelas bisa dipastikan rusak.


Dari animisme dan dinamisme lahir adab dan sopan satun terhadap semesta seisinya, terhadap sesama makhluk dan terhadap Sang Pencipta (Tuhan).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun