Mohon tunggu...
Imanuel H. Mimin
Imanuel H. Mimin Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suku Lepki di Kabupaten Pegunungan Bintang

21 Desember 2019   16:45 Diperbarui: 12 Januari 2020   01:11 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Imanuel H. Mimin

Suku Lepki 

Suku yang mempunyai salam khas Yelako ini berasal dari Kabupaten Pegunungan Bintang, provinsi Papua. Nama yang asing didengar di telinga banyak orang meyakinkan saya bahwa banyak pula generasi muda Indonesia khususnya Papua yang belum mengetahui nama dan keberadaan suku ini. Di kalangan masyarakat Pegunungan Bintang sendiri, ada juga yang sama sekali tidak mengetahuinya terlebih khusus di kalangan generasi milenial (generasi Z dan generasi Alpha). 

Pada umumnya, berdasarkan acuan dari buku maupun beberapa artikel jurnal tercatat bahwa Pegunungan Bintang memiliki tujuh suku, yakni suku Ngalum, suku Ketengban, suku Murop, suku Kimki, suku Lepki, suku Arintap dan suku Yetfa. Di dalam artikel ini hanya akan menjelaskan secara singkat mengenai satu suku yaitu suku Lepki sesuai dengan judul di atas. Penjelasan dalam artikel ini antara lain adalah arti nama suku Lepki, bahasa suku Lepki, letak geografisnya dan mitos penciptaan manusia pertama menurut kepercayaan yang dipercayaai suku Lepki.

Perlu diketahui bersama bahwa eksistensi populasi  manusia asli suku ini terancam punah. Dari tujuh suku asli di Pegunungan Bintang, suku Lepki memiliki jumlah penduduk aslinya kurang dari 500 jiwa. Harus ada perhatian khusus terkait hal ini dari pemerintah daerah setempat agar keutuhan suku-suku khususnya di Pegunungan Bintang dan Papua pada umumnya tetap terjaga dan tidak punah atau tidak mengalami degradasi.

Arti Nama Suku Lepki 

Masyarakat asli suku Lepki adalah masyarakat yang mayoritas bertempat tinggal di pinggiran aliran sungai. Sungai yang mereka tinggal bernama sungai Armasi yang mempunyai arti "sungai yang mengalir jauh ke arah utara" sungai tersebut mengalir dari arah wilayah omkay (suku Ketengban) hingga bermuara di sungai Mamberamo. Karena bertempat tinggal dekat dengan sungai tersubut (Armasi) maka orang Lepki menyebut diri mereka adalah orang Armasi. Sedangkan nama Lepki sendiri berasal dari bahasa lokal penduduk setempat yang artinya adalah "sudah kena di hati'' dimana masyarakat setempat merasa aman, nyaman, damai, sukacita dan sejahtera dengan adanya sumber air yang mengalir memberikan kehidupan kepada mereka. Itulah latar belakang dari penamaan nama suku Lepki.

Bahasa Suku Lepki 

Pengertian bahasa secara umum, bahasa adalah alat komunikasi berupa bunyi. Setiap kelompok manusia di muka bumi ini pasti mempunyai bahasa. Bahasa sebagai anugerah yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta. Dengan adanya bahasa manusia dapat berkomunikasi secara jelas dengan sesama manusia yang lainnya. Suku Lepki juga diberikan bahasa oleh Ait Aba Kibitrum (Sang Maha Pencipta). Ait Aba Kibitrum memberikan bahasa Rani kepada suku Lepki dan bahasa Rani biasa digunakan oleh masyarakat setempat untuk berkomunikasi. Namun, dalam aktivitas keseharian masyarakat suku Lepki, penggunaan bahasa Rani tidak digunakan seutuhnya karena masyarakat yang tempat tinggalnya berdekatan dengan suku yang lain sering menggunakan dua bahasa. Contohnya, seperti masyarakat suku Lepki yang tempat tinggalnya dekat dengan masyarakat Omkay/suku Ketengban, mereka sering menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Rani dan bahasa Ketengban.

Dalam pengucapan bahasa Rani terdapat dua dialeg/aksen yang terbagi antara dua wilayah sebagai berikut : Wilayah 1 terdiri dari Luban, Wei dan Yuaban sedangkan Wilayah 2 yaitu Aboy, Murme dan Teiraplu. Dialeg dari wilayah 1 lebih dominan menggunakan huruf R, sedangkan untuk wilayah 2 menggunakan Huruf L. Tabel di bawah ini adalah contoh bahasa Rani dengan dialeg/aksen dari ke dua wilayah beserta terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Letak Geografis

Mengutip langsung dari buku "Budaya Dan Sejarah Peradaban Suku Lepki" yang ditulis oleh Melkior N.N Sitokdana & Nukaipra 2018, menjelaskan  bahwa keberadaan suku ini "tepat di bagian utara Kabupaten Pegunungan Bintang. Jika ditinjau dari peta otoritas suku-suku di Kabupaten Pegunungan Bintang, maka letak suku Lepki berbatasan dengan beberapa suku lainnya. Seperti di wilayah timur suku Lepki berbatasan dengan suku Kimki dan Ngalum, wilayah barat berbatasan dengan suku Ketengban, wilayah selatan berbatasan dengan suku Ngalum Dan Ketengban, ke Wilyah utara berbatasan dengan suku Yetfa. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Pegunungan Bintang, luas wilayah otoritas suku Lepki (Aboy-Teiraplu) adalah 2523 Km2 atau setarah dengan 8.045 persen luas wilayah Pegunungan Bintang. Jarak antara wilayah otoritas suku Lepki ke Oksibil Ibu Kota kabupaten Pegunungan Bintang adalah dari Aboy 231 Km dan dari Teiraplu 347 Km "(Sitokdana and Nukaipra 2018).

Peta Wilayah Suku Lepki (Sumber Gambar : Andersen (2007) The Lepki people of Sogber River, New Guinea)
Peta Wilayah Suku Lepki (Sumber Gambar : Andersen (2007) The Lepki people of Sogber River, New Guinea)

Dari suku Ngalum ke arah utara mulai dari suku Kimki, Lepki, lalu Yetfa. Dari suku Yetfa ke arah utara lagi, sudah masuk ke dalam wilayah adat MAMTA yaitu Kabupaten Keerom.

Mitos Penciptaan 

Sebelum kontak dengan dunia luar dan sebelum mengenal agama atau sebelum mengenal peradaban modern, masyarakat suku Lepki sudah mempunyai kepercayaan dan ajaran dalam budaya mereka yang mengajar, mengatur, cara dan pola hidup mereka tentang yang baik dan buruk. Kepercayaan terhadap Sang Maha Pencipta dan keyakinan penciptaan manusia pertama sudah dipercayai oleh masyarakat suku Lepki dari generasi ke generasi. Menurut mitos setempat, manusia pertama mereka diciptakan oleh Ait Aba Kibitrum (Sang Maha Pencipta) di puncak gunung Ratefemais yang sekarang dikenal dengan nama puncak Mandala.

Kepercayaan terhadap mitos penciptaan ini juga dipercayai oleh enam suku lainnya seperti suku Ngalum, Ketengban, Murop, Kimki, Arintap dan juga Yetfa. Menurut mereka, dari situlah manusia pertama diciptakan dan beranak cucu lalu berpencar ke seluruh wilyah di Pegununngan Bintang.  Untuk penyebutan Ratefemais bagi masyarakat suku Lepki adalah hal yang dilarang karena bukan tempat sembarangan. Sebutan nama gunung tersebut bersifat tabu maka mereka hanya menyebut Tukoomais yang berarti tempat terlarang.

Dalam kepercayaan masyarakat suku Lepki, manusia Tukoomais beranakcucu lalu menyebar ke arah utara. Mereka juga percaya bahwa mereka (suku Lepki) adalah keturunan pertama dari manusia Tukoomais yang menempati wilayah Kabupaten Otonom Pegunungan Bintang bagian utara setelah mereka barulah terdapat suku Kimki dan Yetfa.

Seluruh masyarakat Pegunungan Bintang, baik yang berasal dari suku Ngalum, suku Ketengban, suku Murop, suku Kimki, suku Lepki, suku Arintap maupun suku Yetfa mengetahui dan menyebut gunung Ratefemais atau yang dikenal dengan nama Puncak Mandala bukanlah sembarangan gunung "Gunung yang sakral". Karena dalam menurut mitos kepercayaan mereka (7 suku di atas) awal mula kehidupan dan rekam jejak manusia Pegunungan Bintang dimulai dari situ. 

Sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat "Yelako".

SARAN!!

Berdasarkan tulisan di atas atau artikel ini, jika ada yang mau meneliti, menulis artikel baik ilmiah maupun non ilmiah lebih dalam lagi mengenai suku Lepki bisa mengambil referensi pada sumber di bawa ini, karena saya juga kembangkan artikel ini dari buku dan jurnal yang saya baca mengenai suku Lepki salah satunya seperti buku di bawah ini. Salam!  

Referensi 

Sumber Buku : Sitokdana, Melkior N N, and Sebai Wilem Nukaipra. 2018. BUDAYA DAN SEJARAH PERADABAN SUKU LEPKI. Salatiga: Satya Wacana University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun