Achirnya, keponakanku yg sedang hamil tua itu mengadu kerumah Oma nya (ibuku).Â
Setelah duduk, mulailah keponakanku berkisah :Â
Oma, bojoku kedanan wong alus, saben mbengi pacaran nganti isuk (Oma suamiku ter gila2 orang halus, tiap malam pacaran sampai pagi). Â
Yo wis, sesuk aku tak nginep omahmu, tak omongane lanang wedok (Ya sudah, besok aku menginap dirumahmu, aku akan tegur yg laki dan perempuan. Â
Entah bagaimana caranya, aku juga kurang paham, pada malam Jumat Kliwon lewat magrib, sekitar jam 19.00, tangis sedih gadis yg katanya Anak Ambar itu terdengar seisi rumah, simbok pembantu kedalon itu bertanya: Sing nangis sopo? Kok mreres rasane atiku. (Yg menangis siapa? Kok menyedihkan sekali).Â
Hingga pukul 20.00 terdengarlah ringkik kuda dan krincingannya berhenti didepan rumah. (Mana ada kuda delman ditengah kota saat itu, sudah dilarang Gubernur Sutiyoso.Â
Dan TANGIS DAN GEMRINCING KUDA DELMAN ITU MENGHILANG DIKEJAUHAN. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H