Mohon tunggu...
Muhamad Anugrah Putra
Muhamad Anugrah Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student of Environmental Engineering at IPB University

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korea Utara dan Senjata Nuklir: Menguji Ketahanan Stabilitas Global dan Lingkungan

14 September 2024   19:12 Diperbarui: 21 September 2024   08:11 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Korea Utara adalah negara komunis terletak di Asia Timur yang sedang aktif melakukan ujicoba nuklir. Sejak 2006 terhitung mereka sudah melakukan 6 kali ujicoba. Pada awalnya, program nuklir tersebut diinisiasi oleh Kim-Il-Sung akibat pemisahan Korea Utara dan Perang Korea (1950 - 1953) yang menimbulkan gejolak ketegangan dan ketakutan akan serangan dari luar sehingga dia melihat nuklir sebagai opsi efektif untuk menyeimbangkan kekuatan. Selain itu, sejak Amerika memberikan payung keamanan setelah Perang Korea kepada Korea Selatan, membuat Korea Utara semakin memandang hal tersebut sebagai ancaman yang harus diwaspadai.

Di dalam bukunya Mazar yang berjudul North Korea's Nuclear Weapons: The Politics of Nuclear Proliferation menulis bahwa Korea Utara melihat senjata nuklir sebagai alat untuk memastikan keberlangsungan rezim dan menyeimbangkan kekuatan di kawasan yang didominasi oleh AS. Nuklir berdiri sebagai sesuatu yang sangat krusial dimana dengan mempunyai senjata tersebut Korea Utara dapat merasa lebih aman sekaligus langkah agar tidak dianggap remeh dan lemah oleh negara negara besar seperti Amerika Serikat.

Program Nuklir Korea Utara didasari dan ditopang oleh banyak faktor yang kompleks. Korea Utara memandang nuklir layaknya dasar negara yang harus tetap tegak berdiri dan diterapkan dalam kehidupan bernegara. Pernah, sang pemimpin mengatakan bahwa tanpa nuklir kami tidak akan bertahan. 

Bahkan, di dalam kepercayaan mereka, Juche, ditekankan tentang suatu kemandirian dan ketahanan bahwa nuklir tidak beda seperti ideologis negara. Mozarr juga menjelaskan bahwa senjata nuklir dianggap simbol kemandiran suatu bangsa. Dengan demikian, nuklir adalah suatu prioritas yang bukan sekadar terkait tentang militer, melainkan membahas sesuatu yang lebih jauh yaitu identitas nasional.


Menontoni Korea Utara yang makin berani atau liar tanpa mempedulikan banyaknya sangksi yang telah bersarang kepada negaranya menimbulkan suatu ancaman nyata bahwa Korea Utara bukan bermain api atau unjuk diri semata, tapi justru hendak benar benar menggunakan dan meluapkan api tersebut. 

Flitzpatrick(2019) menjelaskan program nuklir tidak hanya merupakan ancaman untuk negara negara tetangganya, tetapi bisa meluas hingga mengganggu stabilitas global secara keseluruhan. Dia beranggapan bahwa kebijakan nuklir rentan memicu perlombaan senjata di kawasan tersebut, seperti Jepang yang mulai meningkatkan anggaran militer secara besar-besaran dan Korea Selatan yang kini melihat opsi pengembangan senjata nuklir sebagai langkah efektif untuk menandingi Korea Utara. Terlebih lagi, Flitzpatrick juga menulis resiko lain yaitu kemungkinan jatuhnya senjata nuklir kepada teroris atau pihak yang lebih agresif.

Di sisi lain, uji coba senjata nuklir bisa dikaitkan sebagai bentuk persiapan serangan langsung dari Korea Utara. Kemudian, hal ini dapat memicu ketakutan dan gangguan psikologis semua pihak lalu memgambil aksi tengah yang mana adalah invasi militer kepada Korea Utara sebagai upaya pertahanan diri seperti yang sedang dilakukan oleh Russia terhadap Ukraina.

Konflik langsung dapat memberi dampak yang makin luas hingga skala global. Konflik tersebut menjadi poin atau kekhawatiran semua pihak karena dapat merambat ke perang yang lebih besar. Sejarah telah membuktikan dan menghardik kita dengan keras bahwa perang fisik selalu mengarah kepada krisis kemanusian misalnya hilangnya nawa jutaan manusia tidak berdosa hingga kerusakan lingkungan.

Feynman menerangkan di dalam buku Nuclear Weapons and the Environmnet bagaimana radionuklida yang dilepaskan selama reaksi nuklir, baik dalam proses fisik nuklir di dalam bom maupun dalam reaksi selama uji coba, ini tidak hanya terakumulasi di lokasi uji coba, tetapi juga dapat menyebar jauh dari titik asalnya. Proses ini terjadi melalui beberapa mekanisme, termasuk angin yang membawa partikel radioaktif ke daerah yang jauh dan hujan yang membawa radionuklida ke tanah dan sumber air. Hal ini membuat dampak dari uji coba nuklir menjadi masalah global, bukan hanya lokal.

Dia menerangkan lebih lanjut ketika senjata nuklir diuji sejumlah besar radionuklida terhempas ke lingkungan seperti cesium-137, strontium-90 dan iodine-131. Ketika radionuklida masuk ke dalam ekosistem mereka dapat terakumulasi dalam rantai makanan. Sebagai contoh, tanaman dapat menyerap radionuklida dari tanah yang terkontaminasi dan hewan herbivora yang memakan tanaman tersebut akan mengakumulasi zat berbahya ini dalam tubuh mereka. Ketika predator memakan hewan herbivora, konsentrasi radionuklida dapat meningkat lebih lanjut, sebuah fenemena yang dikenal sebagai biomagnifikasi. Sehingga proses ini dapat menyebabkan efek kesehatan yang serius pada manusia yang mengonsumsi produk dari hewan yang terkontaminasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun