Mohon tunggu...
Muhamad Anugrah Putra
Muhamad Anugrah Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student of Environmental Engineering at IPB University

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bumi Kita, Tanggung Jawab Kita: Menghadapi Urgensi Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

18 Agustus 2024   20:50 Diperbarui: 16 September 2024   10:44 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Matahari terlihat bulat dan terasa panas sekali menghangatkan bumi. Di bawah matahari itu, di bumi, berdiri manusia dan mahluk hidup lainnya. Di bumi itu juga, mereka dalam diam menyaksikan dan menontoni matahari yang makin hari makin panas tanpa ada aksi apa pun. Beberapa mengira panas yang matahari paparkan dan mereka rasakan adalah sesuatu yang alamiah tanpa bisa diintervensi atau setidaknya ditangkal oleh tingkah laku dan kebiasaan manusia.

Sejak kedatangannya manusia telah mendobrak paksa rumah dari berbagai mahluk hidup lalu bahkan menghancurkannya. Tidak terhitung berapa spesies punah akibat eksistensi dan aktivitas manusia yang sangat tidak ramah lingkungan. Tanpa perlu waktu lama, mereka kemudian berada di puncak rantai makanan. Dengan kemapuan otak yang demikian cerdas lalu timbul pertanyaan, siapa yang mampu mengalahkan manusia? Apakah ada keterkaitan antara lingkungan dan kehadiran manusia?

Menjawab pertanyaan tersebut agaknya sangat sederhana. Sejauh ini, jelas sekali bahwasanya manusia memang berada di lapisan teratas di puncak rantai makanan. Manusia bukanlah berkaki empat, bergigi lancip atau mungkin raksasa seperti gajah atau dinosaurus, tapi segala kelemahan manusia ditutupi dan dipersenjatai dengan kemampuan otak yang tidak ada duanya lalu menjadikan manusia berubah layaknya dewa dan paling berpengaruh dalam keselarasan lingkungan.

Tidaklah salah jika dikatakan bahwa rusak atau panasnya dunia adalah ulah dari manusia itu sendiri. Manusia mengeluh kepanasan sekaligus tanpa sadar atau secara sadar ikut berkontribusi dalam merusakan lingkungan. Bahkan, entah di tempat mana, di luar sana, banyak sekali manusia yang terang-terangan menganggap bahwa lingkungan adalah tool untuk meraih kesejahteraanya sehingga lingkungan berimbas dikorbankan dan dieksplotasi.

Pemikiran tersebut adalah apa yang disebut sebagai teori antroprosentrisme. Teori ini adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.  Manusia dan kepentingan dianggap paling berpengaruh  menentukan tatananan ekosistem dalam kaitan dengan alam secara langsung maupun tidak langsung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di dalam semesta ini hanya akan mendapat  nilai dan perhatian sejauh menunjang kepentingan manusia.Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.

Kemudian terkait panas, kita akan menyapa dua kata yang sangat tidak asing akhir akhri ini, yaitu pemanasan global. Pemanasan Global pada dasarnya adalah naiknya atau meningkatnya suhu bumi yang disebabkan oleh sedikit banyak dari aktivitas dan pemikiran antroprosentrisme manusia seperti kegiatan industri yang memicu peningkatan CO2 dan chlorofluorocarbon. Gas yang dianggap paling berperan dalam fenomena ini adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta pembakaran hutan.

Pemanasan global diakibatkan oleh gas rumah kaca yang makin menebal karena penumpukan karbon dioksida dan gas lainnya sehingga panas matahari yang seharusnya dipantulkan kembali malah diserap dan dipaparkan ke bumi. Selanjutnya, dalam jangka waktu yang lama pemanasan global ini menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim adalah perubahan unsur unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban, huja , angin, dsb) secara global terhadap normalnya. Salah satu indikasi terjadinya perubahan iklim global saat ini adalah pemanasan global yaitu indikasi naiknya suhu muka bumi secara global (meluas dalam radius kilometer ) terhadap bormal/rata rata catatan pada kurun waktu standard (ukuran badan meteorologi dunia/wmo: minimal 30 tahun. Terdapat berbagai definisi dari berbagai kalangan tentang perubahan iklim, yaitu

Pengertian perubahan Iklim menurut berbagai sumber:

a. UU No. 31 Tahun 2009:

Perubahan Iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.

b. Pengertian menurut pemahaman petani:

Perubahan Iklim adalah terjadinya musim hujan dan kemarau yang sering tidak menentu sehingga dapat mengganggu kebiasaan petani (pola tanam) dan mengancam hasil panen.

c. Pengertian menurut pemahaman nelayan:

Perubahan iklim adalah susahnya membaca tanda-tanda alam (angin, suhu, astronomi, biota, dan arus laut) karena terjadi perubahan dari kebiasaan sehari-hari sehingga nelayan sulit memprediksi daerah, waktu, dan jenis tangkapan.

d. Pengertian menurut pemahaman masyarakat umum:

Perubahan iklim adalah ketidakteraturan musim.

Di sisi lain, lawan dari pemikiran antroprosentrisme adalah The Life Centered Theory. Teori yang dikemukan oleh Albert Schweizer mengajukan empat prinsip etis pokok yaitu maneusia adalah anggota dari komunitas hidup yang ada di bumi ini, bumi adalah suatu sistem organic dimana manusia dan ciptaan lain saling berkaitan dan bergantung, setiap ciptaan dipersatukan oleh tujuan bersama demi kebaikan dan keutuhan keseluruhan, dan menolak superiotas manusia dihadapan mahluk ciptaan lain. Memahami bahwa lingkungan adalah rumah dan satu kesatuan terikat dengan manusia sangatlah penting sehingga lingkungan bisa terjaga dan terlestarikan.

Aktivitas manusia berdampak sekali terhadap lingkungan. Bahkan, tindakan sederhana dari kebiasan manusia bisa sedikit banyak berkontribusi dalam merussaki lingkungan. Selain itu, seringkali, mereka tidak memahami atau tidak menyadari bahwa mereka telah ikut andil dalam membuat bumi makin panas dan tercemar. Berikut langkah sederhana yang bisa dijadikan alternatif sehingga kita bisa turut membantu melestarikan lingkungan dan menangkal pemanasan global hingga perubahan iklim:

• Mengkonsumsi barang berdasarkan kebutuhan, bukan menuruti

kemauan.

• Menanam pohon.

• Melestarikan keanekaragaman hayati.

• Hemat air.

• Hemat energi (kurangi penggunaan listrik dan BBM).

• Menggunakan pemanas air bertenaga surya.

• Menggunakan sumber energi yang ramah lingkungan.

• Memanfaatkan sumber listrik tenaga nonfosil seperti PLTA, biogas, biofuel,

biodiesel, geothermal, arus laut, angin, dan surya.

• Beralih menggunakan sumber energi rendah emisi. Contohnya dari kayu

bakar atau minyak tanah menjadi gas elpiji

Perubahan iklim adalah isu yang sangat kompleks. Langkah tersebut memang berperan atau setidaknya membantu mengubah kebiasaan buruk masyarkat untuk menjaga lingkungan. Selain itu, ada tembok besar dan kokoh berdiri di depan sana yang paling berhasrat memupuk pundi-pundi kekayaan dan mengotori lingkungan. Hal tersebut sangatlah penting untuk ditekankan bahwa dalam hal ini solusi secara garis besar bukanlah sekadar isu teknik yang memerlukan solusi teknis atau isu institusi yang memerlukan pergantian satu pemimpin dan reformasi birograsi. Isu ini bersifat struktural dan kolektif yang mengakar lalu tertanam di kebiasaan atau budaya ketidakpedulian terhadap dampak negatif dari ekonomi ekstraktif di masa depan. Pertanyaan terakhir, yaitu lalu bagaimana mengatasinya?

Jawabannya adalah dengan melucuti budaya negatif dan merombak secara menyeluruh struktur ekonomi ekstraktif tersebut.


Daftar Pustaka

E.Aldrian, M.Karmini, Budiman.2011. Adaptasi dan Mitasi Perubahan Iklim. Edisi 1, Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara, Kedeputian Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

National Research Council. Advancing The Science of Climate Change. 

RE.Dunlap, AM McCright. 2015. Chalenging Climate Change. Climate change and society.

W. Kempton. How Public View Climate Change. Environment: Science and Policy for Sustainable Development Volume 39, 1997 - Issue 9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun