Mohon tunggu...
Mansurya Manik
Mansurya Manik Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Pendidikan

KOMUNITAS KOMPETENSI LITERASI DAN NUMERASI

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Ridwan Kamil Gubernur Juara Mangkrak, Paradoks Calon Presiden Hasil Survey 2024

14 Januari 2022   19:04 Diperbarui: 14 Januari 2022   19:10 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Untuk menguji keberhasilan program ini, datanglah ke desa yang ada Patriot Desa yang disebut " terbaik dari yang baik" itu,  yang terjadi adalah mangkrak juga, tidak ada perubahan signifikan disuatu desa dengan kehadiran Patriot Desa ini. Habis uang rakyat untuk membiayai mereka. Setelah Patriot Desa, kini muncul Petani Mileneal. Untuk hasilnya, tak akan jauh dari yang sudah disebutkan sebelumnya. Yang lebih hebat lagi, Ridwan Kamil membentuk Tim Akselerasi Pembangunan Jawa Barat (TAP), entah apa guna Tim Akselerasi Pembangunan (TAP) Jawa Barat ini, keberadaannya sama dengan ketiadaannya. Yang sudah pasti habis uang rakyat untuk membiayai keberadaan mereka

Pemimpin Gincu.

Mengutip kalimat bapak bangsa Indonesia, sang Proklamator Bung Hatta " jadilah seperti garam jangan seperti gincu". Garam itu ketika larut dalam makanan atau minuman perubahannya fisiknya tidak kasat mata, tapi pengaruh dan rasanya sangat menentukan. Berbeda dengan gincu, setetes gincu akan mengubah segelas air menjadi merah, tetapi rasanya tidak berubah. Pemimpin gincu mengutamakan pencitraan, bagai kiambang terapung, akarnya tidak pernah menjejak kebumi. Pemimpin gincu penuh kepura-puraan, rakyat tidak akan pernah dibentuk menjadi cerdas. Karena kecerdasan rakyat akan membahayakan kekuasaan dan target kekuasaan selanjutnya yang akan dibidik. Kecerdasaan rakyat dapat mengungkap ketidak benaran dari pencitraan kesan baik yang selama ini dipropagandakan.

Sesungguhnya, banyak jejak perilaku pemimpin bangsa dan pemimpin besar lainnya yang dapat dijadikan acuan untuk diajadikan parameter, kemudian disandingkan dengan perilaku pemimpin yang akan dipilih. Adakah kesesuaian antara perilaku baik seperti bersedia mengorbankan hidupnya yang ada pada para pemimpin bangsa pada perilaku diri calon pemimpin yang akan dipilih. Seberapa besar nilai-nilai baik itu pada calon pemimpin yang akan dipilih. Semakin besar persentase kebaikannya maka semakin besar kelayakan untuk dipilih.

Untuk memilih pemimpin, yang pertama dapat dilihat adalah satunya antara kata dengan perbuatan. Selanjutnya, sejauh mana mengutamakan kepentingan rakyat dibanding kepentingan pribadi dan keluarga. Lalu apa yang telah diperbuat sebelumnya, sehingga layak mengajukan diri untuk dipilih menjadi pemimpin. Minimal tiga hal ini sebagai syarat utama, lalu konfirmasi ketiga hal itu maka akan didapat pemimpin berkualitas yang akan mengantarkan rakyat Indonesia kedalam cita-cita keadilan sosial. Rakyat harus membiasakan diri mengkonfirmasi setiap informasi supaya didapatkan kemantapan berpikir, lihat faktanya, adakah kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan? jika berkesesuaian maka benarlah pernyataan atau informasi itu, jika tidak sesuai berarti salahlah pernyataan atau informasi tersebut. termasuk informasi dari tulisan ini, benarkah adanya ?. silahkan pembaca uji !.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun