Fakta semacam ini serupa dengan metode "drill" atau mengulangi hafalan yang mempengaruhi mentalitasnya. Siswa kita tumbuh sebagai generasi yang layu sebelum berkembang. Tidak mampu memecahkan persoalan kompleks di tengah perubahan masyarakat, kemudian memilih menghindar dan mengalir bersama pandangan-pandangan umum.
Seharunya, sekolah menyajikan teks dan wacana kesejarahan dengan kerangka berpikir divergen untuk dibongkar oleh siswa yang terwujud melalui pertanyaan "mengapa dan bagaimana?". Dengan begitu, siswa tidak hanya membaca teks, tetapi mampu mendobrak konteks melalui analisanya hingga berjumpa pada kebermaknaan. Aktivitas berpikir divergen, akan menyadarkan mereka betapa pentingnya keterhubungan masa lampu, masa kini dan masa depan. Sehingga, mereka mampu melakukan rekayasa sosial untuk kepentingan masyarakat.
Tetapi, kita lupa bahwa kehadiran dan ancaman modernitas ada pada teks-teks kesejarahan yang perlu dibedah melalui dialektika. Itulah pentingnya belajar sejarah dan melupakannya sama saja mempercepat lonceng kematian bangsa ini.
Menjaga Obor Sejarah
Sejarah selalu menawarkan kebijaksanaan dan menerangi kehidupan bagi siapa saja yang mau memaknainya.
Langkah bangsa Indonesia menuju satu abad kemerdekaannya tersisa 26 tahun lagi, tentu akan melewati persimpangan jalan yang berliku dan jurang terjal berbatu cadas. Kita mungkin saja terperosok, jatuh dan tersedot oleh lumpur modernitas. Untuk menghindari spekulasi itu, maka kita membutuhkan nalar sejarah yang akan menerangi langkah ke depan.
Tidak perlu khawatir sekalipun lampu-lampu jalan mati atau kehabisan bahan bakar, itu semua hanya produk modernitas. Bangsa ini sanggup berjalan bahkan melintasi jembatan satu abad kemerdekaannya, selama menggenggam erat "obor sejarah". Obor yang terbuat dari etika dan moralitas. Tidak pernah padam, karena dinyalakan oleh nilai-nilai luhur bangsa. Jika lelah, maka beristirahatlah dan biarkan generasi selanjutnya yang menjaga agar apinya tidak mati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI