Mohon tunggu...
M. Anshari Akbar
M. Anshari Akbar Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Sepakbola

Penikmat Sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penamu Tak Lagi Bertinta

14 November 2021   09:35 Diperbarui: 14 November 2021   09:45 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pena dan kertas. (via pexels.com)

*

Rinai itu turun tak terelak

Bagai jarum detik menuju subuh

Yang entah ada siapa di sana

Menegak organ berseru rindu

*

Selalu begitu

Mencari dan mencari

*

Ayah

Kau cukupkan saja

Ku lihat hanya derita bersama raga

*

Tak berguna ku berkata

Berhenti menjadi baik

Kau tak pintar menjilat

Hanya seperti si Dama anjing itu

*

Percuma otot mengembul untuk negeri ini

Kau tak akan dihargai ayah

Lihat patung tak bernama itu

Hanya simbol seperti logo di baju dinas mu

*

Kau sangat tua untuk ajari kami

Namun kau tak mendengar siapa pun

*

Bekas tinta di saku mu masih terlihat

Keliling keliling keliling

Untuk mendidik dengan hati

Jiwa dengan telepati

*

Isi kembali pena dengan liur mu

Pergi yang jauh

Cari seonggok pahala

Karena kertas ini masih butuh pena mu

*

Terima kasih guru

Terima kasih inspirasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun