Mohon tunggu...
M. Anshari Akbar
M. Anshari Akbar Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Sepakbola

Penikmat Sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Maafkan Aku Bunda

4 November 2021   23:12 Diperbarui: 4 November 2021   23:21 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedih menyendiri. (via pexels.com)

Air hujan itu terus turun untuk gersang panjang

Aku tak tahu kemana harus berlindung

Petir yang tak henti mengingatkan keangkuhannya

Aku pun menangis mencari pelukanmu

Gemuruh tak pernah mengalahkan kesombongannya

Dentang suara jarum jam yang tak memberiku ruang

Aku tak ingin terkurung disini

Aku rindu senyum simpul yang menawan itu

Aku tak pernah berhenti menjilat lidahku

Aku terus memohon pada dewi itu

Untuk mendengarku yang menangis terpojok

Aku takut pada kegelapan yang hitam

Tolong lepaskan rantai di kakiku

Aku ingin lari ke arah cahaya itu

Aku ingin selangkah kesana dan tinggalkan kalian

Bantu aku dalam ketakutan ini

Aku ingin pulang untuk menemuimu

Aku ingin kembali untuk masa yang ku rindukan

Aku merindukan omelan yang membuatku marah

Aku ingin tidur di lenganmu yang membuatku tak sadar

Aku mau

Aku sangat paham dengan semua keadaan ini

Aku berdosa besar pada setiap yang aku ucapkan

Buat aku menyesal dengan rintihan gerimis malam

Maafkan aku bunda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun