Desa Sade, salah satu Desa yang ada di Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB). Desa Sade menjadi salah satu tujuan wisatawan yang hendak menghabiskan masa liburannya.Â
Termasuk kami berlima dari Aceh yang terdiri dari saya sendiri, Dr. Muslim Zainuddin, Ratnawati, Dedi Sumardi dan Zakki Fuad Khalil yang saat ini sedang melakukan penelitian juga berkesempatan mengunjungi desa yang masih sangat kental dengan adat dan budaya.Â
Terutama design rumahnya yang terbuat dari daun ijuk dan tiangnya dari pohon yang membuat para wisatawan menarik masuk ke dalam pekarangan desa tersebut.
Keberadaanya persis di samping jalan aspal semakin mendorong para pelancong untuk menelusuri lebih dalam suasana masyarakat yang tinggal di Desa Sade.Â
Apalagi adanya keunikan yang dari kejauhan sudah mulai tampak dari posisi rumah yang sangat rapat antara satu rumah dengan rumah lainnya.Â
Begitu pula yang kami rasakan ketika melintas di jalan tersebut. Kami merasa penasaran dengan keberadaan masyarakat setempat.Â
Akhirnya memutuskan masuk ke dalamnya serta ditemani oleh seorang Guide yang mengetahui betul tentang keberadaan masyarakat Sade, pola interaksinya, adat dan budaya serta kehidupan masyarakat dalam kesehariannya.
Awalnya kami diceritakan oleh Guide bahwa tidak terlalu banyak rumah masyarakat setempat, lebih kurang 100 rumah dengan jumlah penduduknya lebih kurang  700 jiwa.Â
Penduduk yang tinggal di Desa Sade ini adalah umat muslim bahkan di tengah-tengah Desa terdapat sebuah mushalla sebagai tempat beribadah bagi umat Islam.Â
Pola perkawinan yang dipraktikkan umumnya dilakukan dengan orang-orang terdekatnya.Â
Jika pun ada orang lain dari Desa lain ingin menikahi dengan wanita di Desa Sasak, maka pemberiannya umumnya dilakukan dengan menyerahkan satu ekor atau dua ekor lembu. Kehidupan masyarakat sangat harmonis, keberadaan rumahnya saling berdekatan.Â
Umumnya mereka bekerja sebagai penjahit tenun rumahnya. Masing-masing rumah menjahit tenun dan menjual kepada para pelancong yang mengunjunginya.Â
Selain kain tenun, juga ada yang menjual peci, gelang, kopi sasak dan kalung. Alhamdulillah berdasarkan observasi yang kami saksikan langsung, semua rumah dikunjungi para pembeli.Â
Para pembeli didampingi oleh seorang Guide yang juga merupakan warga asli di Desa Sade sehingga sangat mudah menjelaskan keberadaan masyarakat Sade sekaligus budaya yang ada di Desa Sade.
Meskipun berjualan secara berdampingan, tidak ada yang merasa saling tersaingi. Para penjual saling membantu menjual barang dagangannya.Â
Jika tidak barang di rumahnya, akan mencarinya di rumah sebelah untuk memenuhi keperluan para wisatawan. Sungguh kehidupan yang sangat menarik perhatian.Â
Ada satu lagi hal yang unik yang dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Sade ini yaitu mengepel rumah dengan kotoran kerbau. Menurut mereka dengan menggunakan kotoran lembu dapat membuat rumah semakin awet.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H