Andaikan Bung Munir, bisa berkata sepata kata di dalam pembaringannya, maka dia akan mengatakan:
"Wahai, saudaraku! Memang sudah lama saya merenung dan memastikan bahwa engkau pasti suatu saat akan membohongiku, dan menjadi musuhku..... ! Engkau akan terlibat dalam skandal besar dalam proses penghilangan nyawa saya. Saya sadari itu, bahwa dengan kevokalan dan keberaniaan mengungkap setiap peristiwa misteri di nusantara ini, maka saya juga harus siap untuk menjadi target misterimu. Saya tahu engkau pasti berdalil kepada semua orang termasuk istri, teman/sahabat dan keluarga bahwa mayatku akan menjadi misteri dengan argumenmu, yakni: saya meninggal merupakan kematian biasa akibat sakit jantung, masuk angin, atau karena memang engkau mau membunuh lewat racun arsenik dalam jumlah yang mematikan. Engkau tahukah..... bahwa mayat ini merupakan gambaran dari suatu tindakan kejahatan luar biasa yang direncanakan, bukan? Perbuatan dari tindakan kekerasan yang terselubung".Â
Refleksi kilas di atas, menggugah kita semua termasuk pihak penyidik, penegak hak asasi manusia, dan semua komponen yang terkait untuk saling terbuka dan saling menerima dalam mengungkap misteri Bung Munir. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, diminta atau tidak diminta, semua mempunyai kewajiban untuk mengungkap misteri ini agar dunia juga tahu bahwa benar-benar demokrasi ditegakkan. Jika tidak terungkap secepatnya, maka akan ada lagi target berikutnya. Setelah Bung Munir, Siapa lagi..........?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H