Dalam pengajaran literasi, ada 6 (enam) komponen literasi yang dapat membantu sehingga tujuan pengajaran literasi itu dapat tercapai. Keenam komponen itu dapat diuraikan sebagai berikut: (1) pengetahuan alfabet, yakni pengetahuan tentang huruf-huruf yang ada dalam alfabet (nama, bentuk, dan bunyi), (2) kesadaran cetak, yakni pengetahuan tentang bentuk dan fungsi dari tulisan, (3) fonologi, yakni pengetahuan tentang bunyi-bunyi bahasa: bunyi bahasa memiliki struktur dan makna, (4) fonik, yakni pengetahuan tentang bagaimana simbol-simbol bunyi (huruf) dan bunyi yang diwakilkannya 'bekerja sama' melalui aturan dan struktur dalam bahasa tersebut sehingga bahasa terucap dapat ditulis, dan bahasa tulis dapat diucap, (5) pemahaman, yakni pengetahuan tentang cara-cara memahami bacaan, dan (6) kosa kata, yakni pengetahuan tentang makna-makna kata serta aturan dan komposisinya dalam kalimat (Suciati, dkk., 2015:5; Warami 2016).
- BACA-TULIS (MEMBACA-MENULIS) KELAS AWAL
Menurut Warami (2016) bahwa membaca-menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku di kelas 1 sekolah dasar, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Tujuannya agar anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi tersebut. Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan (mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna. Selanjutnya dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang tulis yang sudah dikuasainya.
- PENUTUP
Kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomuniksikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan merupakan prinsip dasar dari gerakan literasi. Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki tiap individu (siswa) sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat dan itu menjadi bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.
DAFTAR RUJUKAN
Kemendikbud. 2016a. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemendikbud.
Kemendikbud. 2016b. Model Penguatan Literasi dalam Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemendikbud.
Suciati, Ati, dkk. 2015a. Mengembangkan Literasi Dasar Pelatihan: Panduan Peserta. Jayapura: UNICEF-DFAT-DIKNAS-Yayasan Credo.
_______________. 2015b. Paket Pemahaman. Jayapura: UNICEF-DFAT-DIKNAS-Yayasan Credo.
_______________. 2015c. Kebun Huruf. Jayapura: UNICEF-DFAT-DIKNAS-Yayasan Credo.
Supiandi. 2016. "Mengembangkan Budaya Literasi di Sekolah dengan Program Kata" dalam Makalah Simposium Guru Tahun 2016 oleh Kemendikbud. Toboali: Majelis Dikmen Kab. Bangka Selatan.
Warami, Habel. 2016. "Penguatan Pengajaran Baca Tulis Kelas Awal di SD Negeri Warawaf Distrik Warsa Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua" dalam Jurnal TRITON PENDIDIKAN: Media Kajian Pendidikan dan Pengajaran Bahasa. Volume 01, Nomor 02, Oktober 2016. Manokwari: Jurusan Pendidikan Bhs.Indonesia FKIP UNIPA dan APBL Papua Barat.