Mohon tunggu...
Manik Sukoco
Manik Sukoco Mohon Tunggu... Akademisi -

Proud to be Indonesian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyoal Pencabutan Subsidi Listrik

4 Maret 2017   17:49 Diperbarui: 19 Juni 2017   11:41 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andil sumbangan kelompok pengeluaran terhadap inflasi (Sumber: Katadata).

Saya ingin memberikan pembaca sudut pandang yang lain. Laporan Oxfam Indonesia dan International NGO Forum on Indonesia Develop­ment (lNFID) pada 23/02/2017, menguak kondisi ketimpangan ekonomi Indonesia yang cukup memprihatinkan. Dalam laporan tersebut disampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memang cukup stabil dan proporsi masyarakat yang hidup dalam kemiskinan ekstrim telah berkurang menjadi sekitar 8 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi itu belum diimbangi dengan pembagian pendapatan yang lebih merata. 

Oxfam mencatat bahwa kekayaan empat orang terkaya di Indonesia setara dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin. Laporan Oxfam juga menguak fakta yang mencengangkan. 1 persen orang terkaya di Indonesia, menguasai 49 persen total kekayaan seluruh rakyat Indonesia, dan dibutuhkan 22 tahun untuk menghabiskan harta kekayaan 1 orang terkaya Indonesia dengan belanja mencapai 1 Miliar per hari. Agenda pemerataan kesenjangan ekonomi merupakan hal yang mendesak. Pemerintah telah menyatakan komitmennya dalam mengurangi kesenjangan di Indonesia.

Sejak tahun 2016, pemerintah juga menerapkan kebijakan tax amnesty (pengampunan pajak). Pengampunan pajak merupakan penghapusan tarif pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan dengan cara mengungkapkan harta kekayaan yang dimiliki. Dengan adanya kebijakan ini, pengusaha-pengusaha kaya di Indonesia melakukan deklarasi harta kekayaan. Lucunya, tiga dari empat orang terkaya di Indonesia juga meminta pengampunan pajak.

Langkah pemerintah untuk memberikan pengampunan pajak bagi orang terkaya dengan belanja mencapai 1 Miliar per hari, menjadi sangat kontras jika dihubungkan dengan kebijakan pencabutan subsidi listrik bagi 8,24 juta pengguna listrik dengan daya 450VA dan 18,9 juta pengguna listrik dengan daya 900VA. Apalagi jika kita menghubungkannya dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketimpangan ekonomi. Dengan kebijakan-kebijakan ini, orang kaya tetap saja kaya, sedangkan orang miskin bertambah miskin.

Sekarang pertanyaannya, "Apakah menaikkan tarif listrik sebesar 136% bagi pengguna listrik 450VA dan 128% bagi pengguna listrik 900VA adalah langkah TEPAT SASARAN untuk mengurangi kesenjangan ekonomi?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun