Data dari Statistika.com menunjukan bagaimanan pola kosumsi produk yang dilakukan oleh Gen z secara global
Dari data ini, Gen z menghabiskan uangnya untuk produk-produk kebutuhan sekunder yang memiliki kecenderungan sangat tinggi dipengaruhi oleh perubahan trend pada persentase yang cukup besar. Hal ini tentu dapat memicu Sifat Konsumtif akan kebutuhan mengikuti tren dikalangan Gen Z yang mungkin Sebagian besar orang tidak menyadarinya.
Sifat Konsumtif dan istilah FOMO ini telah menjadi sesuatu yang lumrah khususnya di kalangan Gen Z sebagai generasi muda. Hal ini terbukti dari hasil survei singkat yang dilakukan pada 50 mahasiswa dari fakultas dan program studi yang berbeda-beda di Universitas Udayana. Ada Sembilan kategori pertanyaan mengenai Keputusan pembelian suatu produk akibat rasa FOMO yang nantinya berpengaruh terhadap munculnya perilaku konsumtif.
Data menunjukkan bahwa tren sangat berpengaruh terhadap pembelian produk-produk yang terkait dengan fashion seperti tas, pakaian dan make up. Kemudian beberapa produk dibeli karena berkaitan trend dan viralitas di media sosial dan dunia hiburan.
66% menjawab “Kadang-kadang” saat diberikan pertanyaan mengenai seberapa sering mereka membeli barang karena FOMO. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa udayana sadar akan tingkah laku yang diakibatkan oleh rasa FOMO namun tidak terpengaruh secara signifikan. Selain itu, dalam pertanyaan mengenai impulsive buying akibat FOMO, sebanyak 74% juga menjawab “Ya” yang menunjukan bahwa keputusan pembelian produk dikalangan mahasiswa Udayana dilakukan bukan berdasar atas kebutuhan. Namun meski pembelian produk tidak berdasarkan kebutuhan, 72% masih merasa uang yang dikeluarkan sepadan dengan barang yang dibeli, sehingga tidak merasa rugi membeli barang untuk mengikuti tren. Namun ternyata 22 dari 50 responden mengaku jika kondisi keuangannya tidak sesuai dalam memenuhi gaya hidup fomo ini. Meski jumlah ini masih di bawah dari setengah jumlah responden, namun 44% bukan persentase yang sedikit. Dapat dilihat bahwa rasa FOMO ini membuat individu melakukan pembelian diluar kemampuan ekonominya.
Tingkah laku konsumtif akibat FOMO sangat berdampak buruk pada kemampuan individu dalam pengelolaan dan pengaturan keuangan pribadi. Pada mahasiswa Udayana, 66% dari responden menjawab bahwa sulit untuk mengatur keuangan akibat FOMO. Berbagai perubahan tren yang terus terjadi dengan besarnya pengaruh media sosial semakin memperparah Tingkat konsumerisme dikalangan generasi muda khususnya Gen z. Hal ini sangat berergantung pada kemampuan pengendalian diri dan pengambilan Keputusan yang bijak dalam menghadapi perkembangan tren yang ada
Responden yang mewakili mahasiswa Udayana menunjukan kesadaran mengenai buruknya fenomena konsumerisme akibat FOMO ini. Perilaku pemenuhan tren masih berada dalam jangkauan keuangan yang dimiliki, dapat dilihat dari data yang menunjukan 100% responden tidak melakukan pinjaman untuk memenuhi rasa FOMO terhadap suatu tren.
Dari keseluruhan informasi diatas kita dapat mengetahui bahwa perilaku konsumerisme sangat mungkin dipengaruhi oleh rasa FOMO atau Fear of Missing Out. Rasa takut tertinggal oleh tren yang sangat cepat berubah dan berganti. Perilaku impulsive buying pun bahkan bisa dipengaruhi oleh rasa FOMO demi memenuhi tren yang ingin mereka tiru ataupun lakukan. Sehingga, dengan adanya data dan ulasan diatas dapat dikatakan bahwa sikap konsumerisme yang terjadi dikalangan anak muda dan mahasiswa khususnya di lingkup Universitas Udayana sangat berkaitan dengan adanya rasa FOMO dimana fenomena ini membuat generasi muda khususnya Gen Z sulit untuk giat menabung atau menyisihkan uang mereka sesuai dengan apa yang mereka butuhkan sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H